Mohon tunggu...
TITIK
TITIK Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Freelancer

Hidden Member

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lagi! BBM Naik, Apakah Kebijakan Tersebut Sudah Benar?

8 September 2022   19:47 Diperbarui: 8 September 2022   20:28 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) per 3 Sepember 2022 mencapai angka Rp. 10.000/ liter untuk pertalite dan Rp. 6.800/liter untuk Solar. Bukan hal yang baru, jika kebijakan untuk menaikkan BBM mulai kembali membayangi Indonesia. Walaupun banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kesulitan yang dialami masyarakat, namun hal tersebut tidak mengurangi dampak yang dirasakan. 

Alasan yang sering ditemukan juga sama yaitu untuk menekan besarnya anggaran subsidi dan kompensasi yang didapatkan dari bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp. 502,4 Trilun. Hal itu jauh dari anggaran sebelumnya, yang hanya mencapai angka Rp. 152,5 Triliun. Pemerintah mengatakan bahwa jumlah tersebut jauh naik 3 kali lipat dari anggaran sebelumnya, Apalagi rata-rata mereka yang menikmati subsidi BBM tersebut merupakan golongan yang mampu. 

Kebijakan tersebut tak serta merta memberikan dampak negatif karena anggaran yang sudah disisihkan dari subsidi BBM akan dialihkan kembali ke bantuan langsung tunai (BLT) pada masyarakat yang terkena dampaknya. namun dapat dengan jelas kita lihat, bahwa penyebaran BLT terkadang tidak menyeluruh dan merata. Lalu bagaimana nasib mereka yang tidak mendapat bantuan tersebut. Apalagi syarat-syarat yang dilakukan untuk mendapatkan bantuan tersebut cukup sulit dan tidak mengerti oleh masyarakat awam.

Dampak yang terjadi akibat kenaikan BBM mulai hadir satu-persatu. Salah satu dampak akibat kenaikan BBM adalah kenaikan angka inflasi. Kenaikan angka inflasi pada keuangan akan memperburuk jumlah daya beli dan komsumsi masyarakat pada suatu produk. Hal itu diakibatkan oleh naiknya harga kebutuhan bahan pokok / sembako dan menjadi langkah awal meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. 

Oleh karena itulah, timbul banyak pertanyaan yang digumamkan oleh masyarakat, apakah kebijakan tersebut benar-benar langkah yang baik dilakukan atau malah sebaliknya. Banyak pro dan kontra yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut, karena dampak negatif yang diakibatkan terbilang cukup nyata daripada dampak positif yang diterima masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun