Baru-baru ini kita diramaikan dengan pemberitaan mengenai disertasi kontroversi Abdul Aziz terhadap konsep milk al-yamin Muhammad Syahrur tentang celah hubungan seks di luar nikah yang dibolehkan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Â
Tetapi bukan disertasi ini yang akan dibahas. Karena ada sebuah disertasi yang lebih menarik lagi yaitu disertasi yang melahirkan sebuah inovasi paling epik dalam 100 tahun terakhir.
Perguruan tinggi sejatinya harus menjadi garda terdepan dalam hal inovasi. Karena hakikatnya perguruan tinggi setiap tahun menghasilkan ratusan bahkan ribuan karya ilmiah. Jika sebuah karya ilmiah itu otentik seharusnya ada banyak inovasi lahir di negeri ini.Â
Secara khusus Wapres Jusuf Kalla kemarin memberikan sentilan pada BPPT dan Kemenristek Dikti  terkait inovasi. Karena dari tahun ke tahun pameran Harteknas cenderung repetitif.Â
Wapres JK berharap ada sesuatu yang baru dan fresh dilakukan BPPT dan Kemenristek Dikti . Sentilan Wapres mestinya menjadi tanggung jawab kita semua bukan hanya dibebankan kepada BPPT dan Kemenristek Dikti termasuk juga tanggung jawab perguruan tinggi. Karena pada hakikatnya merekalah pencetak para ilmuan.
Data dari Kemenristek Dikti jumlah pergurun tinggi di Indonesia mencapai 4623. Tetapi jumlah ini tidak berbanding lurus dengan tingkat inovasi. Kita masih duduk di urutan ke 85 dari 129 negara dalam hal inovasi. Data Global Innovation Index (GII) tersebut jika di bandingkan dengan negara-negara Asean pun Indonesia berada di posisi kedua terendah.
Berbeda dengan seorang mahasiswa PhD di Stanford University. Mungkin awalnya dia membuat penelitian sebagai salah satu sarat mendapatkan gelar PhD. Tetapi karena dia melakukannya tidak asal-asalan hasilnya sungguh menakjubkan. Sebuah paper berjudul anatomi mesin pencari yang hendak dijadikan disertainya kala itu menjadi sebuah pondasi bisnis yang sangat kuat. Bahkan bukan hanya kuat tetapi mampu merubah dunia. Karena pada abad ini perusahaannya merupakan salah satu penyumbang terbesar tatanan perubahan dunia. Karena semua orang hampir tidak mampu lepas dari perusahaannya. Dunia sudah ketergantungan bahkan candu padanya.
Mahasiswa tersebut mungkin tidak pernah bermimpi sampai sejauh ini tapi kekuatan perkawinan antara ilmu pengetahuan dan pemikiran yang visonerlah yang membawanya sampai kesini. Mahasiswa tersebut bernama Lary Page pendiri google yang perusahaan punya valuasi seharga $309 miliar (data AFP).
"Imagination is more important than knowledge, Knowledge is limited (A to B) & Imagination encircles the world" Einstein
(Ade Rahmat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H