Literasi membaca di Indonesia merujuk pada kemampuan individu atau masyarakat untuk memahami, menginterpretasi, dan menggunakan informasi yang diperoleh dari teks tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya membaca juga disebutkan dalam Al-Qur'an Surah Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya, “Bacalah dengan mnyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang maha mulia. Yang telah mengajarkan manusia dengan perantara membaca dan menulis”. Literasi ini melibatkan tidak hanya kemampuan membaca kata-kata, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, analitis, dan reflektif terhadap informasi yang dibaca. Meningkatkan literasi membaca di Indonesia menjadi tantangan penting karena masih banyak masyarakat yang memiliki akses terbatas terhadap sumber bacaan berkualitas dan budaya membaca yang belum merata.
Kurangnya minat baca pada masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain terbatasnya akses perpustakaan keliling, terutama di daerah terpencil. Selain itu, kebiasaan membaca yang belum menjadi budaya sehari-hari dan pengaruh teknologi digital yang lebih dominan juga turut berperan. Banyaknya hiburan instan seperti media sosial dan video online membuat waktu yang seharusnya digunakan untuk membaca lebih banyak teralihkan. Faktor lainnya adalah kurangnya kesadaran tentang pentingnya membaca sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta minimnya dukungan dari berbagai pihak dalam menyediakan fasilitas membaca yang menarik dan mudah diakses. Hal ini dapat dilihat dari Data Badan Pusat Statistik (BSP) menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 278,69 juta jiwa. Namun sangat disayangkan, hal ini berbanding terbalik dengan jumlah minat bacanya. Dilansir dari data UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca.
Terkait hal ini Pemerintah Aceh telah memberikan penanganan terhadap permasalah kurangnya minat baca pada masyarakat Aceh melalui pemberian fasilitas pembangunan perpustakaan, kampanye membaca, menghadirkan TBM (Taman Baca Masyarakat), kerjasama dengan pegiat-pegiat literasi dan penetapan Hari Kunjung Perpustakaan yang disebut menjadi salah satu langkah nyata untuk mewujudkan masyarakat yang gemar membaca. Sementara untuk pemerataan akses layanan perpustakaan bagi masyarakat, Pemerintah Aceh melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh juga telah menyediakan koleksi perpustakaan dalam bentuk digital yaitu iPustaka Aceh. Aksesnya disebut sangat gampang, hanya dengan satu klik lewat smartphone atau komputer.
Untuk mengatasi kurangnya minat baca pada masyarakat Indonesia, berbagai strategi dapat diterapkan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan akses dan kualitas perpustakaan di berbagai daerah, khususnya di daerah terpencil, serta menyediakan bahan bacaan yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, penting untuk mengintegrasikan budaya membaca sejak dini melalui program pendidikan dengan membuat teater bacaan, sebagaimana dilakukan di negara dengan budaya literasi tinggi. Pemerintah dan komunitas juga dapat berperan dengan mengadakan kampanye literasi yang melibatkan masyarakat luas, baik melalui media sosial maupun kegiatan komunitas. Terakhir, perlu adanya kolaborasi antara sekolah, perpustakaan, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H