Teori merupakan seperangkat konsep, penjelasan, dan prinsip yang terorganisasikan mengenai beberapa aspek pengalaman manusia. Seperti yang dijelaskan oleh teoretikus komunilasi Katherine Miller, "Mazhab yang berbeda akan mendefenisikan teori secara berbeda, bergantung pada kebutuhan para teoritikus serta keyakinan mereka tentang dunia sosial dan hakikat ilmu pengetahuan." Para ilmuwan telah mengidentifikasi empat kategori utama teori dalam komunikasi massa.
1. Teori Postpositivis
  Teori postpositivis adalah teori yang didasarkan pada pengamatan empiris dibawah arahan metode ilmiah. Tujuannya untuk memberikan penjelasan, prediksi, dan kontrol terkait hubungan antara ilmu sosial dengan ilmu fisik. Peneliti yang ingin menjelaskan proses iklan politik, memprediksi jenis iklan mana yang paling efektif, dan mengontrol perilaku pemberian suara dari khalayak yang dituju akan berhantung pada penggunaan teori postpositivis ini. Para pendukung teori ini meyakini bahwa dunia sosial memiliki lebih banyak variasi dari pada dunia fisik, sebagai contoh nama yang kita berikan pada satu benda akan mendefinisikan benda tersebut dan menjelaskan reaksi kita terhadap benda tersebut.
2. Teori Hermeneutika
   Teori hermeneutika adalah kajian tentang pemahaman, khususnya melalui penafsiran sistematis mengenai tindakan dan teks. Pada awalnya teori ini adalah sebuah kajian atau penafsiran tentang Bibel dan karya kitab suci lainnya. Seiring dengan evolusi selama dua abad terakhir, teori ini terus memelihara komitmennya terhadap pengujian "objektifikasi pemikiran" atau apa yang Meller sebut dengan "kreasi sosial". Oleh karena itu Bibel merupakan "objektifikasi" dari budaya pemeluk kristen. Ada beberapa bentuk teori hermeneutika yang berbeda. Sebagai contoh, Hermeneutika Sosial bertujuan untuk memahami bagaimana mereka yang di dalam situasi sosial yang diamati menginterpretasi nasib mereka sendiri dalam situasi tersebut.
Sebagaimana dijelaskan etnografer Michael Moerman, teori hermeneutika sosial berusaha memahami bagaiamana peristiwa "dalam dunia makhluk asing dapat dipahami oleh makhluk asing tersebut, bagaimana cara hidup mereka berkoheren dan bermakna serta bernilai bagi orang yang menghuninya".
3. Teori Kritis
  Teori kritis adalah teori yang berjuang untuk pembebasan dan perubahan dalam susunan sosial yang dominan. Menurut teori ini, apa yang dianggap nyata dan dapat diketahui dalam dunia sosial adalah produk interaksi antara struktur (aturan dunia sosial, norma dan kepercayaan) dengan agensi (bagaimana manusia berperilaku dan berinteraksi dengan dunia) serta dialektikap (perebutan dan perdebatan terus menerus). Ketika manusia terbebaskan, maka mereka mendefinisikan realitas melalui perilaku dan interaksi. Seperti contohnya para peneliti dan teorektikus yang tertarik dengan penurunan kekuatan dari gerakan kaum buruh di negara industri atau mereka yang tertarik dengan pembatasan kontribusi iklan anak-anak terhadap konsumerisme yang tumbuh di sebuah negara akan sangat bertumpu pada penggunaan teori ini.
4. Teori Normatif
   Teori media normatif adalah teori yang menjelaskan bagaimana sebuah sistem media seharusnya beroperasi agar dapat menyesuaikan diri dengan seperangkat nilai sosial ideal. Oleh karena itu, ontologi teori ini berpandangan bahwa apa yang dapat diketahui bersifat situasional (atau, seperti halnya pada teori interpretatif, bersifat lokal). Terakhir aksiologi teori ini dihat dari definisinya yang memang memuat nilai mengenai sistem media yang dilakukan di bawah keyakinan eksplisit bahwa ada model operasi ideal yang didasarkan pada nilai sistem sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H