Mohon tunggu...
ACAB
ACAB Mohon Tunggu... Buruh - Siswa

Urip Iku Urup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ancaman Budaya Pop Terhadap Penguatan Identitas Nasional Masyarakat Urban

2 Februari 2024   11:30 Diperbarui: 2 Februari 2024   11:37 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya populer adalah dengan apa kita makan, minum, tidur, menonton, dan bertindak. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Pembauran nilai dan ideologi lintas negara merupakan implikasi dari berkembangnya teknologi sehingga dengan mudah masyarakat dunia saling berkomunikasi antara satu sama lain. Globalisasi diartikan sebagai suatu era yang ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sehingga interaksi manusia menjadi sempit seolah-olah dunia tanpa ruang. Salah satu budaya yang berkembang sejalan dengan berkembangnya era globalisasi adalah budaya populer atau disebut budaya pop (pop culture). Dalam konsepsi budaya, dimensi kongkrit budaya populer terwujud dalam artifak-artifak budaya seperti makanan, musik, program televisi, arsitektur, pergaulan, periklanan, dll. Sedangkan dalam dimensi abstrak budaya populer ini terwujud dalam nilai, ideologi, norma, dan kepercayaan tradisi.
Budaya pop disukai secara luas oleh banyak orang. budaya populer adalah budaya komersial tidak berdaya yang merupakan produk mengambang yang dikonsumsi massa. Dalam kehidupan sehari-hari, dapat dengan mudah kita amati contoh konkrit budaya populer yang Sebagian besar adalah produk dari perusahaan korporasi komersial. Budaya nongkrong dan ngopi. lalu mulai menjamur di warung-warung kopi yang menawarkan kenikmatan nongkrong, budaya makan makanan cepat saji, Budaya musik populer seperti Dangdut Koplo, K-Pop dll. Budaya Populer Program televisi Reality Show semacam Indonesian Idol, The Voice Indonesia yang menawarkan ketenaran yang sifatnya instan. Budaya populer dalam bidang fashion juga dapat kita lihat dari gaya berbusana anak muda masa kini yang lebih cenderung menganut model berbusana masyarakat Barat, Eropa dan Asia khususnya Jepang dan Korea. Sedangkan dari sisi abstrak, budaya populer dapat menumbuhkan sikap individu yang cenderung pragmatis, hedonis, dan konsumtif. Sebagai contoh, saat ini pemenuhan kebutuhan tidak lagi berdasarkan atas kebutuhan semata, tapi sangat dipengaruhi oleh pertimbangan status. Beberapa kebiasaan-kebiasaan yang dibawa oleh budaya pop tersebut dianggap bertentangan dengan nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Indonesia. Kebiasaan-kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi individu dalam mendefinisikan identitas diri yang selanjutnya dapat berdampak pada identitas nasional bangsa.
Budaya pop sendiri, mudah berkembang dalam masyarakat urban karena masyarakat urban memiliki akses yang lebih mudah dalam menerima berbagai informasi, termasuk dalam mengakomodasi berbagai budaya dan nilai-nilai yang ditransmisikan lewat teknologi terutama lewat jejaring internet. Dalam studi kali ini, penulis ingin memfokuskan pada masyarakat urban dengan rentang usia remaja. Menurut Permenkes nomor 25 tahun 2014 remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai berusia 18 tahun. Umur ini merupakan masa peralihan dari usia anak-anak menuju ke usia dewasa. Fase tersebut merupakan fase dimana sesorang mencari identitas dan jatidiri. Berdasarkan usia, penetrasi internet tertinggi tahun 2022 berada di kelompok usia 13-18 tahun. Hampir seluruhnya (99,16%) kelompok usia tersebut terhubung ke internet, sehingga kelompok umur ini sangat rentan dalam terpapar budaya populer dalam lingkungan masayarakat urban. Identitas nasional merupakan pemahaman tentang jati diri masyarakat dalam suatu entitas yang memiliki kesamaan nasib dan tujuan. Identitas nasional berkaitan dengan nilai-nilai, sejarah, dan cita-cita yang menyatukan suatu kelompok masyarakat dalam suatu ikatan. Identitas nasional dipahami sebagai suatu kondisi dinamis yang tidak hanya terbentuk karena faktor etnisitas, territorial, bahasa agama,dan sejenisnya tetapi juga karena factor pembangunan dalam konteks perkembangan zaman. Remaja dalam masyarakat urban yang terpapar budaya pop akan dengan mudah terpengaruh karena sikap dasar dari budaya pop yang banyak disukai oleh masyarakat, sehingga remaja seringkali mengabaikan nilai-nilai tradisional yang seharusnya diinternalisasikan dalam diri untuk selanjutnya terwujud dalam identitas nasional.

Postmodernisme dan Budaya Populer
Populer merupakan konteks gagasan tentang budaya postmodernisme pertama yang terbentuk dan trend budaya dalam postmodernisme yang menentang permusuhan modernisme terhadap budaya massal. Teori postmodernisme dengan jelas memegang apa yang dianggapnya sebagai argumen penting tentang fenomena visual, dan film. Tanda-tanda yang paling jelas dari postmodernisme yaitu penekanan gaya, tontonan, efek khusus dan gambar, dengan mengorbankan konten, karakter, substansi, narasi dan komentar sosial. Postmodernisme menggambarkan kemunculan sebuah masyarakat dimana media massa dan budaya pop adalah institusi yang paling penting dan kuat. Media massa dan budaya pop mengendalikan dan membentuk semua jenis hubungan sosial lainnya. Budaya pop semakin mendominasi perasaan realitas kehidupan, mempengaruhi pemikiran masyarakat dalam mendefinisikan jati diri dan dunia di sekitar. Budaya pop cenderung merusak kualitas seperti kemampuan artistik, integritas, keseriusan, keaslian, realisme, kedalaman intelektual dan narasi karena hanya menggambarkan gaya, main-main, dan lelucon yang mengorbankan isi, substansi, dan makna Budaya pop bersifat dinamis yang selalu bergerak ke suatu tempat. Budaya pop bukanlah suatu budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi tetapi diciptakan atau dimodifikasi dalam setiap transmisi sosial. Produk budaya pop dapat diprediksi berdasarkan masalah yang dihadapi dalam sejarah nenek moyang seperti masalah kawin, pola asuh, bertahan hidup dan hidup social.
Menurut Guins and Cruz (2005) menyatakan bahwa guna mempertimbangkan budaya populer sebagai proses dinamis maka perlu menekankan satu set prinsip aksiomatik. Pertama, semua aspek budaya populer bersifat politis. Kedua, kaliber pertunangan dengan budaya memerlukan pemahaman tentang sejarah dan perkembangan bentuk komoditas, dan ketiga, pentingnya budaya popular dipengaruhi oleh hubungannya dengan gerakan sosial dan transformasi dalam kesadaran sosial. Dari beberapa pandangan ahli di atas, dapat ditarik benang merah, dimana budaya popular merupakan salah satu pembentuk dari postmodernisme. Budaya populer secara kasat mata dapat dikatakan sebagai sebuah arus masa yang kuat untuk mengikuti sebuah tren terkini yang secara konsensus dalam kehidupan bermasyarakat sudah diakui sebagai gaya hidup kekinian, modern dan tidak primitive.

Identitas Nasional Masyarakat Urban.
Identitas nasional dipahami sebagai suatu kondisi dinamis yang tidak hanya terbentuk karena faktor etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan sejenisnya tetapi juga karena factor pembangunan dalam konteks globalisasi. Identitas nasional adalah kekuatan mengikat yang membentuk hubungan erat antara individu dan negara. Identitas nasional tidak sama dengan semua kelompok sosial karena beberapa kelompok dapat memprioritaskan identitasbudaya dan etnis mereka sendiri daripada identitas nasional (Kymlicka 2007). Menurut Koenta Wibisona dalam (Herdianto and Juanta 2010) bahwa identitas nasional sebagai manisfestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation), ciri khas tersebut yang membedakan satu bangsa dengan bangsa yang lain. (Kaelan 2013) menyatakan bahwa identitas nasional suatu bangsa tidak hanya bersifat statis tetapi juga dinamis. Artinya, bahwa identitas nasional tidak hanya terbentuk dari berbagai unsur seperti etnis, suku, budaya, adat-istiadat, atau agama tetapi juga karena proses pembangunan dalam proses interaksi secara global. Masyarakat urban yang dianggap menikmati  langsung proses globalisasi dengan berbagai fasilitas yang memadai memberikan ruang bagi mereka untuk mengeksplor berbagai bentuk nilai atau ideologi yang pada akhirnya akan mempengaruhi identitas diri dan cara mereka dalam merepresentasikan identitas nasional. Masyarakat urban dalam merepresentasikan identitas nasionalnya akan terus mengalami keragu-raguan karena terus mengalami perubahan mengikuti perkembangan arus global dan pembangunan. Dengan demikian, penguatan identitas nasional masyarakat urban khusunya remaja perlu mendapatkan perhatian karena apabila tidak diberikan pondasi yang kuat maka akan terjadi distorsi atau perbenturan nilai-nilai yang mengarah pada sosial lag atau cultural lag.

Ancaman Budaya Populer Terhadap Penguatan Identitas Nasional Masyarakat Urban Khususnya Usia Remaja.
Identitas nasional yang bersifat dinamis memberikan dampak dilematis masyarakat dalam merepresentasikan identitas nasionalnya. Masyarakat urban khususnya usia remaja, cenderung mengikuti kebaruan dan arus utama sehingga dikhawatirkan akan mengalami kebingungan dalam menginternalisasikan nilai atau ideologi yang berkembang dalam masyarakat karena adanya sistem globalisasi. Hal ini dianggap dapat menjadi sebuah ancaman bagi penguatan identitas nasional bangsa, karena apabila remaja tidak mampu melakukan filterisasi dengan baik maka akan terjadi sebuah perbenturan nilai-nilai. Nilai-nilai atau ideologi yang dibawa oleh arus global tidak seluruhnya dapat berbaur dan diadopsi dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai hidup yang berkembang dalam masyarakat Indonesia tercermin dalam sebuah ideologi bangsa yaitu Pancasila. Pancasila adalah pedoman bagi bangsa Indonesia dalam menyelenggarakan kehidupan masyarakat. Menurut Ir. Soekarno, Pancasila adalah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang secara turun-temurun telah terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Namun, karena perkembangan globalisasi maka banyak nilai atau ideologi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat misalnya kapitalisme, liberalisme, neoliberalisme, komunisme, atau sosialisme. Dengan demikian, masyarakat urban khususnya remaja dikhawatirkan akan mudah terpapar berbagai bentuk ideologi asing yang dapat mengancam penguatan identitas nasional. Sebagaimana diungkapkan oleh (Antoni 2012) bahwa pijakan masyarakat urban yaitu sesuatu yang dianggap baru dan booming yang mereka peroleh dari realitas empiris. Obyek yang dianggap baru dan booming dalam perkembangan zaman pastmodernisme adalah merebaknya budaya popular.
Budaya populer dapat terwujud dalam bentuk mode pakaian, film, musik, makanan, yang kesemuanya termasuk dalam bagian dari kebudayaan popular yang tidak lepas dari campur tangan industri dan hiburan. ideologi gaya hidup" yang terus merangsang masyarakat untuk terus mengonsumsi produk-produk ekstasi yang serba glamour di era masyarakat industri dewasa ini. Budaya pop yang datang dengan adanya globalisasi ini memberikan sesuatu yang baru dimata masyarakat Indonesia. Rasa keingintahuan yang tinggi dalam diri manusia menjadi penyebab utama masyarakat urban menjadi suatu komunitas yang berperilaku komsumtif. Budaya pop menjadi salah satu ancaman penguatan identitas nasional masyarakat urban khususnya usia remaja karena mampu menghilangkan kerangka acuan tradisional masyarakat seperti etnis, agama, suku, budaya, dan nilai-nilai atau falsafah hidup bangsa. Penafsiran identitas menjadi isu utama dalam perdebatan yang diangkat oleh teori postmodern. Identitas saling bersaing dan hilangnya identitas keolektif yang menyebabkan meningkatnya fragmentasi identitas pribadi. Salah satu yang menyebabkan terkikisnya identitas tradisional adalah globalisasi ekonomi yaitu kecenderungan investasi, produksi, pemasaran dan distribusi yang berlangsung secara internasional di atas dan di luar negara atau masyarakat setempat. Budaya pop menumbuhkan sikap hedonisme, konsumerisme, dan pragmatis dalam diri masyarakat urban khsusnya usia remaja Konsumerisme menumbuhkan sifat individualisme yang berpusat pada diri sendiri yang mengganggu kestabilan identitas nasional. Seperti halnya televisi, salah satu produk dari budaya pop yang memiliki efek serupa karena bersifat individualistik dan universal. Sumber tradisional yang diyakini secara kolektif dan merupakan gagasan yang sah sebagaimana tercermin dalam nilai-nilai Pancasila cenderung diabaikan, terkikis atau terfragmentasi.
Ancaman budaya pop terhadap identitas nasional tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas keutuhan sikap afiliasi dan kesetiaan masyarakat terhadap ideologi bangsa Pancasila. Dengan demikian, diperlukan upaya yang dianggap mampu menguatkan identitas nasional masyarakat urban. Pertama, internalisasi nilai-nilai budaya masyarakat (local wisdom) dalam berbagai bidang kehidupan. Nilai-nilai yang berasal dari kehidupan budaya dalam masyarakat perlu diinternalisasikan dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, dan pendidikan, sehingga dalam implementasinya berbagai aspek kehidupan tersebut dijiwai oleh semangat nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Mindsett masyarakat pun secara tidak langsung akan mengikuti nilai-nilai kearifan lokal tersebut. melalui proses habituasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Kedua, upaya filterisasi berbagai budaya asing yang dianggap membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya Indonesia. Masyarakat urban harus memiliki system benteng diri yang kuat ketika berinteraksi dalam kehidupan global. Hal ini sebagai upaya masyarakat agar tidak mudah terbawa oleh arus budaya pop yang menghadirkan nilai-nilai yang dapat mengancam identitas nasional. Ketiga pendidikan multikultural untuk menguatkan pondasi setiap individu agar tidak mudah tercerabut akar budayanya. Pendidikan multikultural dapat diperoleh individu baik di sekolah maupun masyarakat. Pendidikan multikultural memberikan pemahaman kepada individu untuk melestarikan berbagai bentuk budaya yang ada dalam masyarakat, bagaimana cara menghargai budaya, dan juga bagaimana menghargai budaya orang lain. Individu harus merasa bangga terhadap budaya yang dimilikinya, hal ini sebagai pondasi bagi individu agar tidak mudah terombang-ambing dalam menghadapi pergumulan nilai-nilai budaya dalam masyarakat global yang selanjutnya berimplikasi pada identitas nasional.

Tonjong. 2, Februari, 2024

Krya: Naina Zihan D. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun