Siapa yang tak pernah mendengar nama Albert Einsten seorang tokoh yang dikenal kejeniusannya di berbagai bidang pengetahuan?, namun siapa sangka dibalik kejeniusannya dan kemasyhurannya terdapat kisah yang menarik dimasa kecilnya dengan seorang perempuan bernama Pauline Koch yang tak lain adalah ibunda dari Albert Einsten.
Mungkin sebagian dari kita tdak mengetahui bahwa Einsten terlahir tidak serta merta langsung menjadi seorang yang jenius, bahkan saat anak-anak ia mengalami kesulitan dalam berbicara dan dikhawatirkan telinganya tidak bisa mendengar. Meski demikian ayahnya Herman Einsten dan ibundanya sangat bersabar dan tenang untuk menunggu anaknya Einsten mampu berbicara, ketika berbicara pun Einsten mengalami keterlambatan namun Pauline berpikir dengan bijak dan selalu membantu Einsten dengan cara mengucapkan kata demi kata dengan sabar
Memasuki usia sekolah Einsten menghadapi beberapa masalah, ia selalu menjadi siswa yang menempati peringkat terbawah di kelasnya, dan sering mengalami masalah di sekolah. Dia juga mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri engan peraturan sekolah yang ketat, dan belajarnya pun sebatas menghafal. Ditambah lagi guru dan orang yang berada di lingkungan sekolahnya menganggap Einsten bodoh dan intelegensinya rendah, sehingga ia sering mengalami bully-an di sekolahnya.
Baca juga: Albert Einstein dan Kecerdasan Lebah Madu
Seringkali Einsten membangkang dan tidak mau mengikuti perintah dari gurunya, ia hanya mengerjakan apa yang disukainya yang berubungan dengan musik, sains, dan berlayar. Ia sering tidak mengikuti pelajaran jika ia tidak menyukai pelajarannya sehingga kerapkali ia bolos pada saat pelajaran tertentu seperti bahasa, sastra, dan menggambar, kebiasaan ini yang menjadikan ia tidak lulus pada pendidikan formal disetiap jenjang. Kendati demikian sejak Einsten kecil Pauline selalu membesarkan hatinya dan memberinya semangat dengan ucapannya
"Kau memiliki sesuatu yang hebat dalam dirimu yang tidak dimiliki orang lain. Kau akan menjadi orang hebat"
"Kau akan menjadi orang yang lebih hebat daripada yang lain", ucapnya seperti yang dikutip dalam buku 'tak masalah menjadi orang yang berbeda' karya Kim Doo Eung
Sejak Einsten berusia enam tahun ia sudah menunjukkan hobi bermusik, dan ia mulai belajar bermain biola yang kemudian dengan hobinya ini dapat membantunya dalam bergayl dengan orang-orang. Di sekolah boleh saja ia terlihat terbelakang dan tidak menonjol, tetapi saat Einsten sudah bermain musik orang akan dibuatnya kagum. Selain musik orang tua Einsten juga sering mengajaknya untuk belajar dan mengenal alam. Mereka suka jalan-jalan mengelilingi kota, dengan kebiasaan ini menjadikan Einsten tumbuh menjadi orang yang mencintai alam dan menaruh empati terhadap orang lain.
Einsten memiliki impian untuk sekolah kedokteran, namun karena terkendala ekonomi impiannya itu tidak dapat terwujud. Namun hebatnya orang tua Einsten tidak menyerah dan mencari cara agar Einsten dapat belajar. Ia pun mengundang makan seorang makasiswa kedokteran setiap jumat malam.
Mahasiswa ini merupakan imigran kurang mampu dari Polandia yang kebetulan dikenal oleh Pauline. Berkat mahasiswa kedokteran ini minat Einsten terhadap ilmu pengetahuan semakin bertambah. Einsten tidak pernah mendapatkan ijazah SMP maupun SMA, namun ketika ia ditanya mengenai ijazah dengan tegas ia mengatakan