Mohon tunggu...
Aden Prawira
Aden Prawira Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMK SENOPATI

Olahraga , memancing , bermain game , dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen Unik Bayang Bayang di Tengah Perang

20 November 2024   06:49 Diperbarui: 20 November 2024   06:50 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bayang-bayang di Tengah Perang

Di tengah Perang Dunia ke 2,  Disebuah desa di Prancis Ada seorang pelukis bernama bondet yang sangat mencintai Seni, Tetapi dia dipanggil untuk bergabung dengan militer. Meski perang merusak segalanya, ia tak pernah meninggalkan kebiasaannya melukisnya.

Suatu malam, di saat pasukan beristirahat di tepi sungai, Bondet duduk sendirian menggambar bulan purnama yang memantul di air. Aden, seorang prajurit muda, menghampiri dirinya dan bertanya, "Hei bro Apa yang kau lakukan?"

bondet tersenyum. "Mengabadikan momen," jawabnya. "Di tengah gelapnya perang, selalu ada keindahan."

Setelah Perkataan Bondet,Aden Mulai tertarik Mencoba untuk melukis juga untuk merasakan sedikit ketenangan di tengah kekacauan perang

Setelah pertempuran sengit di daerah Normandia, mereka bersembunyi di sebuah bangunan tua. Bondet melukis pemandangan dampak perang yang sangat nyata didepannya, sementara Aden menggambar harapan akan kedamaian. Melalui lukisan, mereka menemukan sedikit kedamaian.

Menjelang akhir misi, Bondet melukis sebuah Lukisan di sebuah dinding bangunan di sekitar desa ditengah perang, dia melukis sebuah Anak yang bergandengan dengan kedua keluarganya seperti sebuah Keluarga yang sangat bahagia ditengah perang, dan dua prajurit bergandengan tangan di bawah kegelapan Malam, untuk Memberikan sebuah simbol harapan. 

Lukisan itu selesai tepat sebelum fajar.Setelah Menyelesaikan Lukisan itu Bondet Dan Temannya dipanggil untuk menjalankan misi dipertempuran terakhir di daerah bernama dunkirk

Meskipun Bondet jatuh dalam pertempuran terakhir, karya itu tetap mengingatkan bahwa bahkan dalam perang, ada keindahan yang pantas diperjuangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun