Berawal dari cerita teman saya yang marah dan tersinggung karena namanya di-remove dari friendlist teman kantornya. Dengan penuh emosi jiwa yang mengepul, dia mengungkapkan kemarahanya pada orang itu lewat status FB. Kaerna temannya ini sudah tidak bisa baca statusnya, maka teman lain (termasuk saya) kena getahnya. ”OH GITU YA??? NGE-REMOVE GUE??? OK DEH….KITA MUSUHAN RESMI!”
Mmm… apa ada musuhan siri? Einiway…Di era per-Fban dan per-twitteran, menghapus nama teman dari list itu bisa fatal akibatnya! Menghapus nama teman, sama artinya memutuskan tali silahturahmi. Padahal masih banyak cara berhubungan dengan orang lain, selain di Facebook! Masih ada telepon, e-mail, tukang pos bahkan burung merpati jika perlu. ”Kamu masih sekantor kan sama orang ini?” tanya saya ”Masih suka ketemu di kantor, kan?” ”Masih kok, pulang juga suka bareng.” ”Trus masalahnya apa? Kan masih bisa ngobrol di kantor?” ”Iya sih, tapi kan bete kalau dia nge-remove aku duluan.” ”Maksudnya, kalau kamu duluan yang nge-remove, nggak apa-apa?” "Iya!”
Ok, deh! Sambil menenangkan teman saya yang jadi uring-uringan (hanya) karena namanya di-remove. Saya jadi ingat pengalaman saya sendiri. Salah satu teman mendelete nama saya. Alasannya sederhana sekali, karena saya menulis : Banci status deh loe, rajin bener ngapdet. Dia marah dan tersinggung hebat karena merasa dirinya disebut ’banci’. Saya sudah jelaskan berulang kali kalau itu hanya istilah saja. ’Banci Status’ adalah orang yang memang rajin nulis status dalam hitungan menit. Tapi dia ngotot marah. Mungkin lagi PMS. Tapi cowok kan nggak PMS! Dan, dia adalah cowok berumur 35 tahun, menikah dan punya anak 3. Usia ’tua’ untuk nggak cepat marah, kan? Setelah melakukan aksi ’brutal’nya me-remove nama saya. Tidak puas hanya dengan menghapus, dia menulis lagi di statusnya memaki-maki saya. Untungnya saya tidak membaca. Ah…saya merasa tersanjung loh, dibenci sampai sebegitunya. Teman saya yang lain, beda lagi. Dia baru saja bercerai dengan istrinya. DI sela-sela sesi curhat, dia dengan tegasnya bilang :
”Dia bukan istri gue lagi, gue akan nge-delete dia dari FB n Twitter!” ”Heh? Apa hubungannya? Lagian, kalian masih suka ketemu.” ”Biar…pokoknya, dia nggak boleh ganggu kehidupan pribadi gue lagi. Remove!” Saya mengerutkan dahi. Apa yang pribadi di FB n Twitter, kalau teman saya ini punya 1250 teman di FB yang bisa membuka semua album foto dan profil dengan bebasnya! Duh... Jadi, kesimpulannya kalau benci pada seseorang, remove-lah dia dari friendlist! Maka dia pun akan hilang dari kehidupan (maya) Anda!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!