Stunting adalah bentuk gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting diukur berdasarkan status gizi dengan mempertimbangkan tinggi atau panjang badan balita, umur dan jenis kelamin. Kebiasaan masyarakat yang tidak mengukur tinggi badan dan panjang badan anak membuat stunting sulit disadari. Gizi buruk merupakan  dampak  status gizi  baik dalam jangka  pendek dan jangka panjang.
Gizi buruk dan stunting memiliki hubungan yang erat dan berkesinambungan. Gizi buruk adalah salah satu penyebab utama stunting. Ketika seorang anak menderita kekurangan gizi pada awal masa pertumbuhannya, anak tersebut akan mengalami gangguan yang tidak dapat diperbaiki pada perkembangan fisik, yang pada akhirnya menghasilkan stunting. Anak dengan keterlambatan perkembangan mempunyai rata-rata kecerdasan intelektual (IQ) 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ  anak normal. Jika anak  tidak mendapatkan intervensi dini, gangguan tumbuh kembang akibat gizi buruk akan terus berlanjut hingga dewasa.
Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SGGI) pada Rapat Kerja Nasional BBKBN pada Rabu, 25 Januari 2023, menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022. Meskipun prevalensinya menurun, stunting  masih dianggap sebagai masalah serius di Indonesia karena  prevalensinya  masih di atas 20%. Oleh karena itu,  stunting masih menjadi masalah serius dan perlu segera diatasi untuk menurunkan jumlah kasus stunting  sesuai rekomendasi WHO (Kemen PPPA, 2020).
Penyebab Stunting
- Kekurangan Gizi KronisÂ
Salah satu penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi kronis, terutama selama periode pertumbuhan awal, yaitu pada anak-anak di bawah usia dua tahun. Malnutrisi sejak usia dini dapat meningkatkan angka kematian pada bayi dan anak kecil. Selain itu, Malnutrisi dapat menyebabkan anak rentan terhadap penyakit dan memiliki postur tubuh yang kurang optimal di masa yang akan datang.
- Kekurangan Gizi Selama KehamilanÂ
Stunting dapat terjadi saat janin masih berada di dalam kandungan. Jika ibu hamil tidak mendapatkan nutrisi yang cukup selama kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan dapat mengalami hambatan dan terus berlangsung hingga setelah kelahiran.
- Kurangnya Edukasi dan Kesadaran (Awareness) Â
Minimnya pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan dan gizi sebelum hamil maupun masa nifas juga menjadi penyebab lambatnya tumbuh kembang anak. Maka dari itu penting untuk melakukan Edukasi dan Informasi yang tepat kepada ibu hamil untuk membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik terkait gizi dan perawatan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal anak mereka.
- Faktor Sosial dan EkonomiÂ
Terbatasnya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kehamilan dan pasca melahirkan, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, keterbatasan akses terhadap sanitasi dan air bersih dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit yang dapat menghambat  pertumbuhan anak-anak
Dampak Stunting terhadap Pembangunan
Hubungan antara stunting dan pembangunan sosial di Indonesia sangat erat, karena stunting memiliki dampak yang signifikan pada aspek-aspek sosial dan pembangunan negara. Berikut adalah dampak-dampak stunting terhadap pembangunan sosial di Indonesia:
- Pendidikan
Stunting dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan dan potensi sumber daya alam di suatu negara. Kondisi ini dapat mempengaruhi perkembangan otak anak dan kemampuan belajar mereka.
- Kesehatan