Mohon tunggu...
Ade Mesti Anugrah
Ade Mesti Anugrah Mohon Tunggu... Pelajar -

Menulis adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan orang hebat tetapi dengan kerendahan hati, ketulusan, dan pengabdian untuk selalu berpihak pada kebenaran. -Ade Mesti Anugrah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak-anak di Lampu Merah Itu

17 Desember 2018   15:05 Diperbarui: 18 Desember 2018   12:23 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya di dalam hati kecil mereka, tidak ingin mengemis. Mereka juga ingin sekolah, di didik dan di sayangi, mereka juga ingin bermain dengan teman-teman sebaya dan menikmati masa kecil mereka. Tapi kesempatan itu tidak mereka dapatkan, mungkinkah ini karena biaya pendidikan yang terlalu mahal bagi mereka atau karena hal lain.

Namun faktornya yang jelas adalah orang tua mendorong anak untuk bekerja membantu ekonomi keluarga, kasus kekerasan dan perlakukan salah terhadap anak oleh orang tua semakin meningkat sehingga anak malah ke jalanan, anak terancam putus sekolah karena orang tua tidak mampu membayar uang sekolah, dan makin banyak anak yang hidup di jalanan lantaran karena di telantarkan orang tua dan kurang dapat perhatian dari pemerintah.

Mereka anak-anak di simpang lampu merah itu juga berhak mendapatkan pendidikan dan kehidupan yang layak. Dari segi kacamata hukum, Undang-undang Hak Asasi Manusia (UU No. 39 Tahun 1999) pada bagian Hak Anak salah satunya adalah sebagai berikut:
"Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya."

Lalu juga terdapat dalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 pada Pasal 28 B ayat 2 UUD 1945 berbunyi:
"Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi".

Pasal 28 B ini dengan jelas menyatakan bahwa setiap anak mendapatkan hak asasinya sebagai generasi muda yang memiliki kesempatan untuk hidup, tumbuh menjadi dewasa dan berkembang kemampuan fisik dan pemikirannya.
Nah pendidikan merupakan hak yang paling penting bagi seorang anak untuk mengembangkan semua potensi kemampuan yang dimilikinya karena mengingat bahwa anak-anak secara umur dan fisik lebih muda dan lebih lemah daripada orang dewasa.

Kita tidak bisa menghilangkan anak jalanan namun ada upaya-upaya untuk mengurangi jumlah mereka dari tahun ke tahun dan solusi alternative untuk pemecahan masalah ini dapat dilakukan oleh Pemerintah, masyarakat, dan siapapun yang mau berbuat sesuatu untuk rakyat. 

Beberapa diantaranya adalah:
-Anggaran dana untuk pelatihan orang tua dan anak agar dapat memperbaiki kualitas sumber daya manusia.
-Pendidikan yang optimal terutama pendidikan karakter dan biaya pendidikan tidak membebani mereka.
-Pembinaan melalui pemberian beasiswa dan akses pendidikan yang dikombinasikan dengan rumah singgah.
-Pelatihan keterampilan dan kewirausahaan sehingga mereka bisa hidup mandiri dan punya daya cipta yang produktif.
-Disisi lain, Pemkot maupun Pemda perlu menambah panti sosial untuk menampung anak-anak jalanan.

Apabila semua upaya itu diwujudkan maka peningkatan jaminan perlindungan bagi anak-anak tidak menjadi sebuah mimpi lagi. Anak-anak jalanan itu pun dapat merasakan kehidupan yang jauh lebih baik. Masyarakat menjadi nyaman karena tidak terganggu dengan keberadaan mereka di jalanan terutama di simpang lampu merah atau di tempat makan.

Untuk itulah, Pemerintah dan masyarakat sudah seharusnya menomor satukan pendidikan karena pendidikan bukanlah segalanya, tapi dengan pendidikan dapat merubah segalanya.
.
.
.
.
.
"Education and Compassion are the most important things In This World especially for children. So use your mind and your heart to care about the situasion so that your world gets better"

Ade Mesti Anugrah,
Pelajar Sma Islamiyah Pontianak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun