Fenomena Sosial Anak-anak Jalanan Kota Besar
ANAK-ANAK DI LAMPU MERAH ITU...
Salam hangat pada orang-orang langit yang selalu berdiskusi tentang dinamika politik, permasalahan negara dan pemerintah, serta konstelasi ekonomi negara. Berdiskusi di warkop-warkop demokratis dengan pemikiran mereka yang idealis.... Memang tidak salah apabila suka membahas soal politik, justru sangat bagus apabila mau peka terhadap politik apalagi jika ikut berpartisipasi mewujudkan politik yang jujur dan bersih.
Tentunya bahasan mereka ini sangat tinggi hingga mereka disebut "Orang-orang langit" dan lawan dari orang langit adalah orang bumi... Orang yang suka membahas peristiwa atau masalah sosial disekitar, karena bahasan seringkali menekur pada hal-hal yang ada disekitar.. Mungkin atas dasar ini, orang yang senang membicarakan atau aktif dalam kegiatan sosial disebut "Orang-orang bumi" namun ada statment/pendapat beberapa orang mengatakan "Bahas masalah sosial di zaman sekarang,... Itu terlalu rendah. Lebih baik lihat yang sedang menjadi trending topik yaitu politik, pergantian Presiden nih lagi seru-serunya..."
Â
Teman-teman, pendapat seperti itu menggambarkan sekali bahwa orang langit akan kaku apabila dibawa ke pembahasan masalah sosial. Apa mereka tidak peduli keadaan sekitar yang nyata? Atau mereka memang hanya ingin mengurus permasalahan kekuasaan? Padahal sebenarnya permasalahan sosial sekecil apapun... Akan sangat berpengaruh pada Negara ini.
Disini, saya akan merujuk pada hal yang sudah tidak asing lagi bagi kita yaitu "Anak-anak Di Lampu Merah". Fenomena sosial yang satu ini terlihat nyata di kota-kota besar, keberadaan mereka juga menimbulkan beberapa masalah yang merugikan pihak lain dan sudah seharusnya masalah ini harus segera ditangani supaya bisa dikurangi maraknya anak jalanan.
Teman-teman pasti tahu atau pernah bahkan sering melihat anak-anak usia sekolah yang seharusnya belajar tapi malah mengemis di simpang lampu merah. Sebenarnya saat itu mereka sedang belajar, iya belajar menghadapi hidup yang begitu keras dan sulit mereka jalani.
Anak-anak berusia dibawah 6-15 tahun yang mengemis di jalan pastilah memiliki nasib yang tidak seberuntung kita yang sedang membaca tulisan ini dengan gadget dan laptop keren. Pada faktanya anak-anak pengemis ini memang tidak sekolah, karena mereka mengemis di saat jam orang-orang pergi sekolah dan kerja. Ada yang mengemis setengah hari saja namun ada pula yang seharian hingga malam itu mengais belas kasihan orang-orang.
Teman-teman, memang mengemis itu perbuatan yang tidak baik... Meminta-minta uang begitu saja tanpa bekerja jelas dinilai sangat negatif. Tapi kalau dilihat dari kacamata nurani kita, maka "Apa daya anak-anak itu, mereka masih dibawah umur untuk bekerja... Jadi mungkin karena tak ada pilihan lain dan mereka butuh makan makanya mereka terpaksa mengemis".
Kita dapat lihat dari penampilan mereka pun sangat prihatin... Dengan pakain yang lusuh, kotor, bahkan tak layak pakai dan sendal jepit usang atau bahkan ada yang telapak kakinya sudah bersahabat dengan panasnya aspal jalanan. Ada pula diantara anak-anak pengemis itu ada anak yang menjual koran di simpang lampu merah, tapi yang mengemis lebih mendominasi pemandangan mata kita.
Pernah kita pikirkan? Disaat kita enak makan sarapan di rumah, disaat kita menyiapkan buku untuk belajar di sekolah, disaat kita diantar orang tua dengan motor atau mobil ke sekolah... Namun kita masih banyak mengeluh.Â
Padahal diluar sana dapat kita lihat dengan jelas, ada anak-anak yang telah putus sekolahnya, yang tiada bisa merasakan makan enak, yang ditelantarkan dan tiada mendapatkan kasih sayang orang tua karena beberapa alasan atau mungkin sudah tidak punya orang tua lagi... Hingga kesulitan dan beban hidup yang mereka tanggung begitu berat, tak ada pilihan lain mereka turun ke jalan dan mengemis uang belas kasih dari orang-orang yang mereka temui di jalan itu.
Dari atas motor kita dapat melihat tangan-tangan kecil mereka menengadah dan dari balik kaca mobil pun kita dapat melihat tangan itu mengetuk pintu kaca mobil sembari berkata, "Om.. Bagi rezekinya om, dedek lapar tapi gak ada uang buat makan om"... Mendengar suara lirih dan melihat tatapan mereka itu membuat hati teriris dan rasa iba untuk mereka.