Mohon tunggu...
Ade Marcella Balqis
Ade Marcella Balqis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan Masyarakat Sebagai Pilar? Cegah Stunting Untuk Indonesia Emas 2045

12 Desember 2024   17:15 Diperbarui: 12 Desember 2024   17:18 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Stunting merupakan salah satu tantangan utama dalam bidang kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data dari KEMENKES RI, jumlah stunting di Indonesia pada tahun 2022 ada pada angka 21,6%. Meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, namun angka ini masih belum memenuhi persyaratan dari pemerintah, yaitu 14% pada tahun 2024. Stunting bukan hanya masalah kesehatan tetapi juga sosial dan ekonomi yang berdampak pada generasi mendatang. Dalam konteks visi Indonesia Emas 2045, stunting menjadi ancaman serius bagi tercapainya SDM unggul yang mampu bersaing di kancah global. Oleh karena itu, pencegahan stunting adalah langkah paling penting untuk memastikan generasi emas Indonesia di tahun 2045 dapat terwujud.

Stunting adalah kondisi yang terjadi akibat gangguan pertumbuhan pada anak-anak karena kekurangan gizi kronis yang biasanya terjadi selama periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang mana masa paling penting dalam kehidupan manusia, mulai dari kehamilan hingga usia dua tahun. Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki postur tubuh yang lebih pendek dari anak seusianya, tak hanya itu stunting juga memiliki dampak yang jauh lebih luas seperti gangguang pada perkembangan otak, hingga memiliki risiko terkena penyakit kronis seperti diabetes, hipertens jantung, kanker, hingga disabilitas lansia.

Faktor penyebab stunting sangat beragam, diantaranya kurangnya asupan gizi, lingkungan yang tidak hiegenis, kurangnya layanan kesehatan yang memadai, hingga minimnya pengetahuan orang tua tentang pola asuh yang tepat. Oleh karena itu dalam pencegahannya memerlukan pendekatan secara menyeluruh dengan melibatkan berbagai sektor dan partisipasi masyarakat luas. Dalam hal ini ahli Kesehatan Masyarakat menjadi pilar dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stunting melalui pendekatan secara holistik untuk menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

Ada tiga pendekatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya penanggulangan stunting yaitu:

  • Intervensi Spesifik 

Intervensi ini berkaitan langsung dengan kesehatan yakni menargetkan pada penyebab utama stunting.  Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh promotor kesehatan ke desa-desa kecil. Program ini menyasar ibu hamil dan juga calon ibu, dan remaja dengan kisaran usia antara 10-18 tahun melalui posyandu remaja. Dalam pelaksanaannya promotor kesehatan tidak hanya memberikan pemahaman mengenai pentingnya gizi selama kehamilan dan masa petumbuhan anak saja, tetapi juga dilakukan pemberian Tablet Tambah Darah (TTD), pelayanan pemantauan pertumbuhan anak dengan penimbangan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh kembang, penyuluhan dan konseling tumbuh kembang, deteksi dini gangguan pertumbuhan, serta penyuluhan gizi, Program ini juga mencakup pemberian suplemen dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) pencegahan stunting untuk balita yang kekurangan gizi dan ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Intervensi ini dirancang untuk memastikan anak mendapat gizi yang baik, sehingga risiko stunting dapat diminimalkan.


  • Intervensi Sensitif

Intervensi ini tidak berkaitan langsung dengan kesehatan, tetapi berfokus pada lingkungan dan faktor pendukung yang dapat memengaruhi gizi anak. Program ini lebih menekankan pada kegiatan seperti peningkatan akses air bersih dan mendorong mereka agar berperilaku hidup bersih. Selain itu, orang tua juga diberikan penyuluhan mengenai pola asuh anak yang baik dan benar. Serta memberikan pengajaran kepada keluarga untuk memanfaatkan makanan lokal seperti kacang sacha inchi yang kaya akan asam lemak seperti omega 3, omega 6, dan omega 9 yang sangat bermanfaat bagi kecerdasan anak dan budidaya ternak ayam petelur karena anak yang terindikasi stunting disarankan mengonsumsi protein hewani seperti ikan, telur, dan daging. Dengan mengoptimalkan sumber daya local, masyarakat dapat lebih mandiri dan mudah untuk menyediakan nutrisi yang diperlukan.


  • Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa program pencegahan stunting berjalan sesuai dengan target yang diharapkan, serta mengetahui kendala apa saja yang mungkin dihadapi. Menggunakan survei seperti Riskesdas dan Studi Status Gizi (SSGI) untuk memantau perubahan terhadap stunting. Serta mengevaluasi program berdasarkan indikator kesehatan ibu dan anak, seperti peningkatan tinggi badan anak sesuai umur.

Indonesia telah mencapai bonus demografi sejak tahun 2015, dan diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035. Hal ini dapat menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan bonus demografi untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan. Untuk itu pada tahun 2016 Presiden Joko Widodo mengamanatkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional untuk merumuskan Visi Indonesia Emas 2045

Visi Indonesia Emas 2045 adalah dengan menciptakan sebuah bangsa yang maju dengan SDM nya yang unggul, sehat dan berdaya saing. Namun, stunting menjadi ancaman serius bagi tercapainya visi tersebut. Anak-anak yang mengalami stunting umumnya cenderung memiliki keterbatasan dalam kemampuan kognitif dan produktivitas kerja, hal ini dapat memengaruhi kualtas SDM Indonesia secara keseluruhan.

Upaya-upaya diatas tentunya memerlukan kerja sama dengan semua pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sekitar. Setiap keluarga memiliki peran penting untuk memastikan anak-anak mereka tumbuh dengan sehat dan mendapatkan gizi yang memadai. Dukungan dari berbagai sektor tersebut diperlukan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang mendukung tumbuh kembang naka secara optimal.

Investasi dalam pencegahan stunting adalah investasi jangka panjang untuk membangun sebuah bangsa. Jika stunting berhasil ditekan, Indonesia dapat mencetak generasi muda yang cerdas, sehat produktif dan mampu bersaing secara global dan mendorong pemenuhan ekonomi nasional.

Dengan strategi yang terintegritas, komitmen yang kuat, dan kerja sama yang baik antar sektor, bisa menadikan Indonesa memiliki peluang besar untuk menciptakan generasi bebas stunting, hal ini bukan hanya tentang mencetak anak-anak yang sehat, tetapi juga membangun pondas yang kokoh bagi bangsa untuk menjadi negara maju di masa depan. Untuk itu mari kita bersama cegah stunting, bangun generasi emas dan wujudkan Indonesia Emas 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun