Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Di Indonesia, demam berdarah menjadi salah satu masalah kesehatan di masyarakat yang paling sering terjadi, terutama selama musim hujan. Kasus DBD cenderung meningkat seiring dengan perubahan iklim, dan ketidaktahuan masyarakat tentang pencegahan yang efektif. Tantangan utama dalam penanggulangan DBD ini adalah tingginya penyebaran nyamuk dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pencegahan. Dalam menghadapi masalah ini, kesehatan masyarakat berperan penting dalam pengendalian dan pencegahan DBD melalui berbagai program dan kebijakan.
Menurut KEMENKES RI, pada minggu ke-22 2024, kasus DBD kembali mengalami kenaikan mencapai 119.709 kasus. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023 yang mencapai 114.720 kasus. Untungnya meskipun kasus DBD meningkat, jumlah kasus kematian akibat DBD menunjukkan penurunan.
DBD menjadi masalah kesehatan yang serius karena berbagai faktor. Salah satunya adalah lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini berkembang biak di genangan air, yang banyak ditemukan di daerah dengan sanitasi buruk. Selain itu, urbanisasi yang cepat juga memperluas area penyebaran nyamuk ke daerah padat penduduk. Perubahan iklim juga  berperan penting, di mana peningkatan suhu dan curah hujan menciptakan lingkungan yang ideal bagi nyamuk berkembang biak.
Tantangan lain adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Banyak orang tidak menyadari pentingnya memberantas sarang nyamuk (PSN) dengan membersihkan tempat-tempat yang dapat menampung air, seperti pot bunga, kaleng bekas, atau ban bekas. Â Ternyata nymuk juga tinggal pada pakaian yang telah digunakan dan digantung, karena terdapat zat amino (bau) yang diproduksi oleh keringat manusia dan hal tersebut adalah hal yang disukai nyamuk dan menyebabkan mendekatnya nyamuk dan hinggap untuk beristirahat. Selain itu, keterbatasan akses layanan kesehatan di beberapa daerah terpencil juga memperparah kondisi ini, karena penanganan kasus DBD sering terlambat, yang menyebabkan angka kematian lebih tinggi.
Nah disinilah peran Kesehatan Masyarakat sangat penting dalam menanggulangi masalah DBD melalui pendekatan preventif, edukatif, dan pengendalian lingkungan. Salah satu peran utamanya adalah peningkatan kesadaran dan edukasi masyarakat tentang pencegahan DBD. Melalui kampanye kesehatan, sosialisasi, dan penyuluhan. Masyarakat diberi informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan serta cara-cara pencegahannya, seperti program 3M Plus (Menguras, Menutup, Mengubur) serta menggunakan obat nyamuk dan kelambu.
Selain edukasi, bisa dilaksanakannya fogging atau pengasapan jika perlu untuk membunuh nyamuk dewasa di daerah yang mengalami peningkatan kasus DBD. Namun, kegiatan fogging harus didukung dengan PSN (Pemberantasn Sarang  Nyamuk) secara berkala di lingkungan tempat tinggal masyarakat. Program kesehatan masyarakat juga perlu meningkatkan penggunaan larvasida untuk membunuh jentik nyamuk di tempat-tempat yang sulit dibersihkan.
Selanjutnya, deteksi dini dan surveilans penyakit sangat penting untuk mencegah wabah DBD meluas. Sistem kesehatan masyarakat berperan dalam memantau kasus DBD, mengidentifikasi daerah dengan risiko tinggi, dan segera merespons wabah yang muncul. Dalam hal ini, kerja sama antara tenaga medis, pemerintah daerah, dan komunitas sangat penting untuk memastikan bahwa langkah-langkah penanggulangan dilakukan dengan cepat dan tepat.
KATA KUNCI : Demam Berdarah Dengue (Dbd), Deteksi Dini dan Surveilans, Kasus DBD, Kesadaran Dan Edukasi, Â Pencegahan DBD
DAFTAR PUSTAKA
RI, Kemenkes, Web. 2019. Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus. https://ayosehat.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus [online]. [diakses 9 September 2024]