Mohon tunggu...
Adel Zahra Aulia Hidayat
Adel Zahra Aulia Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Semester tiga, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Lampung

Mahasiswi Semester tiga, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Lampung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Serta Deskripsi Mengenai Biography dan Gaya Kepemimpinan Soeharto

17 April 2024   19:42 Diperbarui: 17 April 2024   19:43 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Di Indonesia suda tidak asing lagi dengan salah satu tokoh Pahlawan yang namanya sangat dikenal di seluruh penjuru Indonesia yakni presiden ke-2 Indonesia, bapak Soeharto. Beliau adalah Presiden yang menjabat paling lama di Republik Indonesia dengan masa jabatan (12 Maret -- 21 Mei 1998). Soeharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Agromulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bnatul, DI Yogyakarta pada 8 Juni 1921, dan wafat pada 27 Januari 2008. Nama ayah soeharto yakni Kertosoediro dan nama Ibu adalah Soekirah. Rekam jejak beliau sebelum dirinya sebelum menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, beliau pernah menjabat sebagai Letnal Kolonel yang merupakan Komandan Wehrkreise III Yogyakarta, kemudian beliau ditunjuk sebgaai Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat sebagai Letnan Kolonel, beliau berlanjut menjabat sebagai Jenderal Besar TNI (Purn) H.M. yang mana setelah itu beliau, menjabat menjadi Presiden Republik Indonesia.

            Selama masa jabatan beliau banyak menorehkan prestasi serta mendapatkan kepercayaan sebagai seorang yang mampu menjadi pemimpin. Contohnya yakni, beliau pernah mengemban Amanah sebagai Komandan Wehrkreise III bersama dengan Sultan Hamengkubuwowo IX dan Panglima besar Soedirman. Pada tahun 1950 terjadi tragedi Penumpasan Pemberontakan Andi Azis di Sulawesi, karena adanya tragedy tersebut Soeharto ditunjuk sebagai pemimpin untuk melakukan operasi selama tragedy tersebut berlangsung. Kemudian saat terjdainya tragedy gangguan mantan tantara KNIL/KL, soeharto ditunjuk sebagai Komandan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) yang diberi tugas untuk mengamankan wilayah kota Makassar.

Jenderal Besar TNI (Purn) H. M. Soeharto adalah presiden kedua Indonesia dan menjabat sebagai presiden selama periode terpanjang, yaitu dari tahun 1967 hingga 1998. Selama masa kepemimpinannya, Soeharto dikenal karena gaya kepemimpinannya yang mencakup berbagai elemen, seperti Proaktif-Ekstraktif dan Adaptif-Antisipatif, Otoriter, Diktaktor, serta tindakan tegas terhadap demonstrasi dan unjuk rasa. Namun, gaya kepemimpinannya juga penuh dengan intrik dan kontroversi (Sanjaya, 2021). Menurut teori yang diajukan oleh Northouse (2016), gaya kepemimpinan Soeharto dapat dikaitkan dengan Path-Goal Theory (Teori Jalur-Tujuan). Hal ini sesuai dengan penjelasan Ivancevich (2007) yang menyatakan bahwa model kepemimpinan jalur tujuan (path-goal) merujuk pada pentingnya pengaruh pemimpin terhadap sudut pandang bawahan tentang tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan.

            dalam latar belakang negara, kepemimpinan berhubungan dengan bentuk kegiatan dari ketua serta para anggotanya untuk mencapai sebuah kemakmuran bangsa Indonesia. perbandingan ukuran kepemimpinan dinilai oleh sedikit banyaknya kerumitan permasalahan yang dihadapi saat menjalankan kewajiban. tugas kepemimpinan mencakup dua aspek penting   pekerjaan yang perlu dilakukan serta kesatuan beberapa orang yang dipimpinnya. kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan disebut fungsi kewajiban, dan kewajiban yang berkaitan dengan kohesi golongan disebut fungsi hubungan.

Kewajiban kepemimpinan yang terkait dengan golongan mencakup beberapa hal, seperti memulai, mengatur, memberitahu, mendukung, menilai, dan menyimpulkan. Memulai adalah langkah awal untuk memulai kegiatan tertentu, seperti mengajukan masalah kepada pihak terkait dan mencari solusi. Mengatur melibatkan memandu langkah-langkah aktivitas bersama. Setelah membenahi, pemimpin memberi informasi kepada anggotanya, termasuk data dan pendapat terkait kegiatan. kemudian Pemimpin mendukung anggotanya dengan meminta mereka memberikan pendapat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Setelah mendukung, kewajiban pemimpin berikutnya adalah menilai, yang melibatkan menguji cara kerja dan mengidentifikasi konsekuensinya. Menyimpulkan adalah tahap terakhir untuk merangkum gagasan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pemikiran lebih lanjut. Tugas-tugas ini penting untuk menjaga hubungan antara pemimpin dan anggotanya guna mencapai impian bersama. Selain itu, kewajiban pemimpin yang berhubungan dengan kerjasama golongan mencakup Menginspirasi, mengekspresikan emosi, meredakan konflik, berkompromi, memfasilitasi, dan mengatur peraturan. Menginspirasi anggota dilaksanakan dengan sikap ramah dan menyambut, sementara menyatakan emosi melibatkan memberi penghargaan terhadap kinerja bawahan. Mendamaikan adalah usaha untuk merangkul dan menyatukan bawahan yang memiliki pendapat berbeda.

Gaya kepemimpinan Soeharto bisa dipahami secara inklusif dengan mempertimbangkan berbagai dimensi dan dampaknya dalam konteks sejarah Indonesia. Soeharto dikenal sebagai pemimpin otoriter yang mengontrol pemerintahan dan masyarakat secara ketat. Beliau menggunakan alat-alat negara untuk mempertahankan kekuasaannya, termasuk melalui pendekatan represif terhadap kritik dan oposisi politik. Ini menyebabkan pembatasan kebebasan berbicara dan partisipasi politik yang signifikan. Meskipun otoriter, Soeharto berhasil menciptakan stabilitas politik relatif di Indonesia selama masa pemerintahannya. Pendekatannya yang pragmatis dalam mengelola berbagai kepentingan politik dan ekonomi membantu menjaga kedamaian di antara kelompok-kelompok yang berbeda di Indonesia.

Salah satu ciri khas pemerintahan Soeharto adalah pertumbuhan ekonomi yang pesat. Kebijakan ekonomi yang diterapkan, seperti program industrialisasi dan liberalisasi ekonomi, Sukses dalam menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan kualitas hidup, serta mengurangi tingkat kemiskinan. Namun, pemerintahan Soeharto juga dicemarkan oleh korupsi yang meluas dan pelanggaran hak asasi manusia. Keluarga Soeharto dan lingkaran kekuasaannya dituduh memperkaya diri sendiri melalui korupsi, sementara pelanggaran hak-hak kemanusiaan, tercatat yang terjadi di Timor Timur dan Papua, menyebabkan penderitaan bagi banyak orang.

Gaya kepemimpinan Soeharto menciptakan warisan yang kontroversial bagi Indonesia. Meskipun banyak yang menghargai stabilitas dan pertumbuhan ekonominya, kritik terhadap otoritarianisme, korupsi, dan pelanggaran hak asasi manusia menggarisbawahi sisi gelap dari pemerintahannya. Dengan mempertimbangkan berbagai aspek ini, gaya kepemimpinan Soeharto dapat dipahami sebagai campuran antara stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang cepat dengan pembatasan terhadap kebebasan politik dan keadilan sosial.

Presiden Soeharto memutuskan untuk memimpin bangsa Indonesia menggunakan gaya otoriternya mungkin sesuai dengan kebutuhan saat itu. Setelah transisi dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, Indonesia menghadapi kondisi politik yang konflik yang mengarah pada konflik horizontal. Oleh karena itu, masyarakat butuh seorang pemimpin yang dapat mengambil pertimbangan secara cepat dan akurat, karena pada saat itu, warga belum terlibat secara aktif dalam ranah politik. yang akan mempengaruhi kebijakan hukum yang menentukan nasib negara. Namun, dengan masuknya era perubahan dan pemerintahan demokratis, warga negara menginginkan kemerdekaan mengutarakan pendapat serta partisipasi di pemerintahan. Sebagai hasilnya, rezim pemerintahan Soeharto dianggap sebagai rezim otoriter dalam sejarah Indonesia. Kita perlu menyadari dan memahami saat pertama presiden Soeharto memimpin, Indonesia menghadapi keadaan politik serta ekonomi yang sangat rapuh. Oleh karena itu, presiden Soeharto harus mengambil beberapa kebijakan yang sangat tepat serta akurat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. presiden Soeharto selalu memperlihatkan diri beliau sebagai seorang pemimpin yang ingin belajar untuk menjadi pemimpin negara, tanpa rasa malu, serta bersedia untuk belajar menjadi ketua bagi sebuah negara yang besar. Soeharto memiliki satu ciri sifat kepemimpinannya selama masa pemerintahannya yaitu ketegasannya untuk memimpin bangsa ini. Soeharto menjadi perhatian dunia karena ketegasan beliau, terutama dalam mengelola NKRI yang multikultural. Kiprahnya juga terlihat dalam memberantas permasalahan berbagai Negara Berkembang yang merupakan  Anggota Gerakan Non-Blok, serta perannya dalam organisasi seperti Organisasi Kelompok Negara-Negara Islam (OKI), ASEAN, APEC, dan lain-lain (Makiwawu, 2012: 221).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun