Mohon tunggu...
Adelta Sakina
Adelta Sakina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Sriwijaya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Konflik Laut Cina Selatan: Implikasi Geopolitik dan Dampaknya terhadap Hubungan Internasional

6 Desember 2024   11:23 Diperbarui: 6 Desember 2024   11:50 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Laut (sumber pixabay)

Konflik Laut Cina Selatan adalah sengketa teritorial yang kompleks dan telah berlangsung lama hingga saat ini. Wilayah ini sangat diperebutkan karena memiliki nilai strategis yang tinggi, baik dari segi ekonomi maupun militer. Laut Cina Selatan kaya akan sumber daya alam, seperti cadangan minyak dan gas yang besar, serta sumber daya perikanan yang melimpah. Selain itu, sekitar sepertiga dari total perdagangan maritim dunia melewati Laut Cina Selatan, menjadikannya jalur pelayaran yang sangat vital. Menguasai wilayah ini memberikan keuntungan strategis bagi negara yang mengendalikannya. Tiongkok, misalnya, mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan berdasarkan "Sembilan Garis Putus-Putus", yang menjadi inti dari konflik ini. Tindakan Tiongkok di wilayah tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara lain dan organisasi internasional. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji implikasi geopolitik dari konflik Laut Cina Selatan dan dampaknya terhadap hubungan internasional, dengan melihat dari perspektif realisme dalam hubungan internasional.

Dinamika Geopolitik Laut Cina Selatan

Situasi geopolitik di Laut Cina Selatan sangat rumit dan bisa berubah dengan cepat. Wilayah ini merupakan jalur laut yang sangat penting bagi perdagangan global, sekaligus kaya akan sumber daya alam, seperti minyak dan gas. Oleh karena itu, banyak negara di sekitarnya yang mengklaim bagian dari Laut Cina Selatan, menciptakan persaingan teritorial yang intens. Tiongkok, dalam beberapa tahun terakhir, telah meningkatkan ketegangan terkait klaim teritorial dan hak maritimnya di kawasan ini. Selain itu, Tiongkok juga melakukan pembangunan di wilayah sengketa, yang dianggap sebagai langkah untuk memperkuat klaim teritorialnya dan memperluas proyeksi kekuatan di Laut Cina Selatan.

Kehadiran Amerika Serikat di Laut Cina Selatan memiliki akar sejarah yang panjang. Sebagai kekuatan maritim global, AS memandang Laut Cina Selatan sebagai jalur perdagangan yang sangat strategis untuk ekonomi global dan kepentingan nasionalnya. Sekitar sepertiga perdagangan maritim dunia, termasuk minyak dan barang manufaktur, melewati kawasan ini, sehingga akses bebas dan terbuka menjadi prioritas bagi AS. AS memperkuat kehadirannya di kawasan ini untuk mencegah dominasi sepihak oleh Tiongkok. Salah satu pendekatan utama AS adalah operasi kebebasan navigasi, di mana kapal-kapal Angkatan Laut AS berlayar melalui wilayah yang diklaim oleh Tiongkok. Langkah ini bertujuan untuk menentang klaim maritim Tiongkok yang dianggap berlebihan dan tidak sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS). AS juga menjalin hubungan pertahanan dengan negara-negara seperti Filipina, Vietnam, dan Jepang, untuk memperkuat keamanan kawasan melalui latihan militer bersama dan perjanjian pertahanan.

Di sisi lain, negara-negara ASEAN berupaya menyelesaikan sengketa Laut Cina Selatan melalui dialog dan negosiasi multilateral. Salah satu usaha yang dilakukan adalah mendorong pembentukan Kode Etik (Code of Conduct) untuk mengatur perilaku di kawasan tersebut. Namun, perbedaan kepentingan antara anggota ASEAN sering menjadi hambatan dalam mencapai kesepakatan yang efektif, karena beberapa negara memiliki klaim langsung atas wilayah sengketa, sementara yang lainnya lebih cenderung menjaga hubungan baik dengan Tiongkok.

Dampak Terhadap Hubungan Internasional

Sengketa di Laut Cina Selatan menimbulkan ketegangan dalam hubungan diplomatik antara negara-negara yang terlibat. Negara-negara yang terlibat dalam klaim, seperti Tiongkok, Vietnam, Filipina, dan Malaysia, serta negara-negara besar seperti Amerika Serikat, sering terlibat dalam peningkatan kekuatan militer dan pertahanan di kawasan tersebut. Misalnya, pada tahun 2014, Vietnam dan Amerika Serikat melakukan latihan militer bersama di Laut Cina Selatan sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan militer mereka dalam menghadapi klaim Tiongkok.

Dalam perspektif realis, konflik Laut Cina Selatan mencerminkan rivalitas yang semakin intens antara dua kekuatan besar, Tiongkok dan Amerika Serikat, yang memiliki kepentingan strategis yang berbeda. Bagi Amerika Serikat, Laut Cina Selatan merupakan kawasan yang sangat vital dalam mempertahankan tatanan internasional berbasis aturan, terutama terkait dengan kebebasan navigasi yang mendukung perdagangan global. AS berusaha mencegah Tiongkok menguasai sepenuhnya kawasan ini, karena hal tersebut dapat merusak keseimbangan kekuatan dan mengurangi pengaruh AS di Asia-Pasifik. Untuk itu, AS secara rutin melakukan operasi kebebasan navigasi di kawasan ini dan memperkuat hubungan dengan sekutunya, seperti Filipina dan Jepang.

Di sisi lain, Tiongkok melihat kehadiran militer AS di Laut Cina Selatan sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan klaim teritorialnya. Tiongkok merespons dengan memperkuat militerisasi kawasan tersebut, termasuk membangun pangkalan militer di pulau-pulau buatan, untuk menegaskan klaimnya. Rivalitas ini tidak hanya mempengaruhi hubungan bilateral antara AS dan Tiongkok, tetapi juga memperburuk ketegangan di antara negara-negara ASEAN, yang terjebak dalam dilema antara mendukung AS untuk menjaga stabilitas atau bekerja sama dengan Tiongkok demi kepentingan ekonomi mereka. Konflik ini semakin meningkatkan ketegangan di kawasan dan memperburuk dinamika geopolitik regional.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun