Namun yang seringkali terjadi justru bertentangan dari semua itu, kebanyakan dari kita hidup saat ini tetapi orientasinya fokus penuh pada masa depan. Memang benar bahwa kita juga harus mempertimbangkan atau mempersiapkan diri untuk masa depan yang akan datang. Namun tidak berarti bahwa hari ini, detik ini harus diisi dengan pikiran yang berorientasi penuh pada masa depan. Mengapa demikian? Sebab hal itu bisa membawa kita pada salah satu kemungkinan buruk yaitu menjadi pribadi yang cemas atau pesimis. Cemas akan apa yang belum terjadi, atau apa yang belum datang sehingga apa yang harusnya anda nikmati atau syukuri hari ini malah menjadi terabaikan.
Pada akhirnya, hidup adalah keseimbangan antara keduanya, menyadari pentingnya momen saat ini sembari merencanakan dan berharap untuk hari esok. Mungkin inti dari pertanyaan itu adalah untuk mengingatkan kita agar tidak terperangkap hanya dalam impian masa depan, tetapi juga untuk menemukan kebahagiaan dan makna di dalam kehidupan sehari-hari yang kita jalani. Maka dari itu, hiduplah untuk hari ini sembari mempersiapkan diri menunggu hari esok. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan.
Sore itu, aku pulang dengan pandangan baru. Pak Damar dan pertanyaannya tidak hanya memberi aku inspirasi, tetapi juga pelajaran tentang kehidupan. Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa, aku sadar bahwa kehidupan bukan hanya soal mengejar mimpi, tetapi juga tentang menghargai perjalanan.
Ketika aku melangkah keluar dari warung kopi, Pak Damar tersenyum dan berkata, “Jangan lupa nikmati kopinya ya, Mas. Hidup itu seperti kopi. Kadang pahit, tapi akan menjadi nikmat kalau kita tahu cara menikmatinya.” Aku pun tersenyum, membawa pulang tidak hanya aroma kopi, tetapi juga kebijaksanaan hidup dari seorang bapak ojol.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI