Mohon tunggu...
Adelina Putri Widyanti
Adelina Putri Widyanti Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Engineer yang sedang OJT di Hamamatsu-shi, Shizuoka, Jepang..\r\nBlogger | Shoes lover | Movie addict | Bukan jurnalis, tapi suka menulis.\r\n\r\nTwitter : @aderu26desu

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Semilir Suara Bambu di Taman Langsat

26 November 2012   13:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:39 1868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_225941" align="aligncenter" width="552" caption="Plastic Pillars (dok. Adelina)"][/caption] Saat itu waktu menunjukkan pukul 11.30. Seharusnya sih pada jam-jam tersebut, matahari sedang bersiap untuk mengambil tempat tepat di atas kepala. Sudah terbayang bagaimana panas yang terik akan menerjang kulit-kulit yang tidak terbungkus. Tapi Minggu siang kemarin, aku sama sekali tidak merasakan panas itu. Yang ada malah hawa sejuk, bau tanah sisa hujan, dan udara yang sangat segar untuk dihirup. Tebak aku dimana? Aku ada di pusat kota kok. Tidak jauh dari tempatku ada beberapa pusat perbelanjaan dan salah satu terminal terpadat di kota Jakarta. Tapi bagaimana aku bisa memperoleh udara segar itu? Karena saat itu aku sedang duduk di bawah pohon rindang, dimana di sekelilingku terhampar rumput hijau dan aliran sungai kecil yang membuat mata tak bosan-bosan memandang. Aku berada di Taman Langsat, tepatnya di Jalan Langsat, Kebayoran Baru. Taman itu mungkin tidak sepopuler Taman Suropati atau Taman Menteng. Aku pun baru tahu tempat itu bernama Taman Langsat, meskipun rasanya sudah beberapa kali melewatinya. Lokasinya memang agak tertutup karena permukaan tanah yang berupa lembah, sekitar 2 meter lebih rendah dari permukaan jalan raya. Sebulan terakhir, Taman Langsat menjadi salah satu pusat kegiatan Hidden Park, kampanye yang bertujuan untuk menghidupkan kembali fungsi taman dan lahan terbuka. Banyak kegiatan menarik yang diselenggarakan, tujuannya untuk menarik minat warga Jakarta untuk sesekali menghabiskan waktu di lokasi dengan nuansa yang berbeda, tidak melulu pusat perbelanjaan. Dan ternyata, strategi tersebut cukup berhasil, terlihat dari antusiasme masyarakat yang cukup tinggi, termasuk aku. Aku pun akhirnya bisa menyempatkan diri kesana di hari terakhir acara tersebut. Jujur, aku terlalu penasaran dengan nikmatnya bermain di tengah kota tapi bernuansa alam. Memang nikmat kok. Apalagi saat semilir angin menggerakkan angklung-angklung yang tergantung di antara pepohonan, sehingga membuat bambu-bambu itu beradu. Merdu! Banyak pesan yang disampaikan di tempat itu, yang mungkin selama ini tidak kita sadari. Pesan-pesan tersebut disampaikan dalam figur yang menarik, dan selalu ada pesan kecil yang mengikutinya. Salah satunya adalah dalam bentuk sepeda yang bertuliskan pesan, "Cycle on Life is Like Riding a Bicycle. To keep your balance, you must keep moving". [caption id="attachment_225937" align="aligncenter" width="456" caption="Life = Bicycle? (dok. Adelina)"]

135393386435014333
135393386435014333
[/caption] Ada juga pesan lainnya yang mengingatkan kita bahwa tumpukan sampah di sungai dapat mengakibatkan bau tak sedap, berkembang biaknya kuman, dan yang pasti menyebabkan banjir. Dan yang mengejutkan, ternyata sampah rumah tangga adalah penyumbang 80% pencemaran sungai di Jakarta, yang artinya banjir di Jakarta disebabkan oleh warga Jakarta itu sendiri. Tragis. [caption id="attachment_225938" align="aligncenter" width="572" caption="Fakta pencemaran sungai (dok. Adelina)"]
135393398842591486
135393398842591486
[/caption] Berkeliling Taman Langsat selama kurang lebih 2 jam, cukup untuk menyadarkan aku tentang beberapa hal mengenai keseimbangan alam. Jika udara bisa aku simpan dalam sebuah wadah, rasanya aku ingin menghitung berapa volume udara bersih yang bisa aku dapat selama 2 jam aku berada disana, lalu membandingkannya jika aku berada di tengah jalan raya yang penuh sesak dengan kendaraan dan minimnya pohon-pohon rindang. Pasti akan sangat jauh berbeda. Entah ada berapa banyak taman-taman di Jakarta yang keberadaannya masih 'tersembunyi'. Gerakan membangkitkan kembali lahan hijau adalah ide yang sangat baik menurutku. Setidaknya kita dibiasakan untuk mulai mengenal dan mencintai alam dari lokasi terdekat yang bisa kita jamah. [caption id="attachment_225939" align="aligncenter" width="493" caption="Tree Hugger dan Umbrella Canopy (dok. Adelina)"]
135393431977434646
135393431977434646
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun