Mohon tunggu...
Fonda Dwi Permadi
Fonda Dwi Permadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Akun Facebook saya telah dibobol oleh seorang pengguna Kompasiana yang tidak senang dengan tulisan saya di Kompasiana ini.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Orang Indonesia, Orang Tersopan di Dunia

29 November 2011   12:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 1960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini pengalaman saya ketika berlibur ke Malaysia selama perhelatan SEA Games 2011 lalu...

Pagi itu saya melakukan perjalanan dari City Centre ke Hospital Kuala Lumpur, menggunakan mobil sepupu saya yang kuliah disana. Kira-kira jam 10 (Jam 9 waktu WIB) saya memutuskan untuk jalan kaki ketika mobil sampai di Jalan Raja Muda Abdul Aziz, saya berjalan sendirian. Banyak saya jumpai wanita berjilbab hilir mudik di sekitar wilayah yang saya lalui. Saya yang saat itu hanya menenakan celana pendek diatas lutut serta kaus tanpa lengan dan kaca mata hitam, mungkin saat itu saya merasa menjadi pusat perhatian banyak orang. Sampai suatu ketika saya merasa haus, saya memutuskan mencari warung. Saya bertanya kepada seseorang berjilbab, menggunakan bahasa Inggris dialek Malaysia. Akhirnya saya menemukan gerai yang menjual juice. Saya kaget ternyata si penjual adalah orang Indonesia. Saya mengetahuinya ketika dia memanggil anaknya menggunakan bahasa Jawa. Dengan mahirnya wanita berambut hitam lurus itu berkata kepada saya, "May I help you, Miss". Saya kaget, ternyata orang Indonesia disini pintar-pintar, tidak seperti yang selama ini diberitakan media yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Mungkin si penjual mengira turis dari China (karena wajah saya oriental), lalu dia bertanya dengan saya menggunakan bahasa Mandarin, tapi saya menjawabnya dengan bahasa Inggris, karena Mandarin saya tak terlalu bagus. Hingga akhirnya saya membayar uang lebih dan lalu saya bergegas meninggalkan gerai. Namun saya tak menyangka bahwa uang saya terlalu banyak untuk segelas lemon juice. Dengan sopannya dia mengatakan yang artinya ,"Maaf mbak, uangnya kelebihan." Ini bertentangan dengan prinsip penjual-penjual lainnya yang mencari untung. Penjual yang satu ini saya akui kejujurannya dan yang saya sangat salut, dia juga menggunakan kata 'maaf'. Setelah itu, saya menaiki bus untuk kembali ke Shangrilla Hotel, di dalam bus pun rupanya agak ramai, tak beda dengan Indonesia. Di dalam bus yang berdesak-desakan saya tak sengaja menginjak kaki penumpang lain, lalu orang itu menegur saya, "I'm sorry, you've stepped on my foot", sontak saya menjawab dengan bahasa Indonesia (karena waktu itu saya terkejut dan reflek), "Oh saya yang maaf, saya tak sengaja Mak Cik", lalu orang itu menjawab saya, "Oh mbak ini orang Indonesia ya, saya kira orang bule, habisnya pakaiannya mini sekali". Lalu kami bercerita tentang orang Indonesia disana. Kami akhirnya terpisah ketika saya dulu yang turun.


Dua hal yang dapat saya simpulkan pada hari itu: Saya terkesan dengan kejujuran penjual Indonesia di warung, dan kesopaanan penumpang Indonesiadi dalam bus.Saya senang dengan orang Indonesia di Malaysia.


Ini ceritaku, apa ceritamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun