Mohon tunggu...
Adelia Rizky
Adelia Rizky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Indonesia Disebut Darurat Data, Kenapa?

23 Juni 2024   16:55 Diperbarui: 23 Juni 2024   16:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin sempat ramai netizen Indonesia salah mengira Dewi Sandra sebagai Sandra Dewi. Hal itu adalah salah satu bukti nyata rendahnya tingkat pemahaman netizen Indonesia terhadap apa yang dia baca. Kesalahan yang terkesan sepele itu menjadi masalah besar. Itu baru masalah kesalahan membaca, bagaimana dengan pemahaman mendalam terhadap sebuah informasi?

Orang hanya ingin mendengar apa yang ingin mereka dengar, sepatah kata yang terdengar sepele namun memiliki makna yang mendalam. Kalimat tersebut dirasa cocok untuk menggambarkan situasi netizen Indonesia saat ini.

Pada dasarnya, setiap orang menginginkan data berdasarkan fakta. Namun di dalam batin, ada gejolak penolakan yang dirasakan ketika menerima fakta yang tidak sesuai dengan ekspektasi yang dimiliki. Padahal, data adalah suatu informasi yang bersifat pasti dan harus dinilai secara objektif.

Data sangat penting dalam pengambilan keputusan dan penyampaian pendapat. Ketika membentuk opini,  kita akan meninjau pandangan kita terhadap suatu topik berdasarkan data yang kita ketahui. Meninjau kebenaran informasi yang diterima adalah kesadaran yang dibangun masyarakat Indonesia dalam memerangi hoax, namun bagaimana cara kita memahami informasi yang didapat juga tidak kalah penting terhadap perspektif kita terhadap suatu topik.

Pro dan kontra adalah hal yang wajar mewarnai berbagai forum diskusi tentang isu apapun, tentu semua orang memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapatnya. Namun ketika kita menerima sebuah data, hal yang harus dilakukan adalah menerimanya terlepas dengan segala hal terkait penilaian yang bersifat subjektif. Saat menerima data, yang harus dilakukan adalah memahaminya dan menganalisa, bukan lagi mengkritisinya.

Data adalah sebuah informasi faktual yang harusnya dijadikan pegangan, bukan berita yang sekiranya hoax dan beredar bebas diluar sana tanpa adanya dukungan data yang valid. Dengan begitu, cara memandang kita terhadap suatu masalah dapat lebih solutif, dan melatih diri membedakan antara data dan hoax di dalam berita yang beredar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun