Mohon tunggu...
Adelia Rachma
Adelia Rachma Mohon Tunggu... Relawan - Empowering minds

Tujuan penulisan di blog ini adalah membiasakan untuk membaca dan menanggapi bacaan yang sifatnya sharing dan terbuka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

22 Desember Bukan Sekadar Hari Ibu, tapi Lebih dari Itu

23 Desember 2023   10:27 Diperbarui: 23 Desember 2023   11:24 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pinterest

Ibu adalah sosok penting yang harus kita hormati dan patut kita rayakan jasa maupun pengorbanannya. Buat saya setiap hari adalah hari ibu. Lahir dan besar di dalam lingkungan yang didominasi perempuan, meyadarkan saya bahwa peran ibu sangat amat penting untuk saya hingga saat ini. Ibu buat saya adalah sosok yang luar biasa, mengingat lagi 80% Ibu yang menghandle urusan domestik dan non domestik di dalam keluarga saya . Di sisi lain saya menyadari hal ini bahwa tugas perempuan bukan hanya menjadi seorang Ibu, namun perempuan juga mempunyai peran mendidik, memberdayakan diri, keluarga maupun komunitas disekitarnya. Begitu pula, kita harus tetap menghargai pilihan perempuan lain untuk menjadi Ibu atau tidak.

Sejarah Perempuan dalam Sejarah Pergerakan Indonesia

Meninjau dari sisi sejarah, ada sejumlah pahlawan perempuan yang memberontak para penjajah saat itu, seperti : R.A Kartini, Cut Nyak Dien dan Cut Meutia dari Aceh, Martha Cristina Tiahahu dari Maluku dan masih banyak lagi. Dengan adanya pemberontakan yang dilakukan oleh para pahlawan perempuan ini telah melahirkan kesempatan yang luas untuk perempuan mengaktualisasikan potensinya diranah publik. Perempuan Jawa dulu diberi kebebasan untuk bekerja di sawah, menjadi bakul di pasar, atau sekolah. Sebagai contohnya R.A Kartini menjadi simbol perjuangan emansipasi perempuan, dan di sisi lain cocok sebagai simbol dari perempuan yang senantiasi melakukan pergerakan untuk melawan penjajahan dan pembodohan.

Tonggak sejarah yang terpenting adalah bersatunya gerakan perempuan Indonesia dalam Kongres Perempuan I yang berlangsung pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, yang memunculkan cikal bakal  Perikatan Perkumpulan Perempuan  Indonesia (PPPI). Ada beberapa agenda pada saat itu yang di bahas mengenai pendidikan untuk kaum perempuan, nasib anak yatim piatu dan janda, perkawinan pada anak-anak, reformasi undang-undang perkawinan Islam, pentingnya meningkatkan harga diri sebagai perempuan dan kejahatan paksa perkawinan anak. Sementara itu, pada kongres ke-dua PPII tahun 1930, isu yang diangkat meliputi hak suara perempuan, penanggulangan perdagangan perempuan dan Kantor Penerangan Tenaga Kerja untuk perempuan.

Menilik lagi lebih jauh, pada sudah banyak  organisasi dan kongres perempuan yang telahir sebagai tonggak awal emansipasi perempuan di Indonesia. Sebagai contohnya adalah Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), Persatuan Wanita Republik Indonesia. Tidak bergenti disitu, berlanjut pada masa Demokrasi Terpimpin (1958-1965) organisasi lain tetap bermunculan.

Walaupun sudah tiga perempatan abad berlalu, dampak dari pergerakan perempuan tersebut bisa kita ambil pelajaran sebagai bahan untuk pengembangan diri sebagai perempuan.

Tantangan dan Pesan untuk Perempuan saat ini.

Bisa ditarik garis kesimpulan bahwa baik sebelum kemerdakaan atau setalahnya dan hingga saat ini, ada banyak bukti kemajuan perempuan nyata entah dari pemenuhan hak dan pemberantasan diskriminasi lainnya. Tidak bisa dipungkiri saat ini, masih banyak isu-isu relevan yang sama dari jaman penjajahan. Tetapi perempuan tidak diam dan telah melakukan pergerakan hingga saat ini. Terlampir dalam Surat R.A Kartini pada Januari 1903:

Siapa yang menolak jika dikatakan bahwa perempuan mempunyai tugas mulia untuk membentuk moral masyarakat..Kenyataannya sekolah tidak mampu membimbing masyarakat ke arah yang lebih baik. Keinginan kuat harusnya datang dari keluarga itu sendiri. Tetapi bagaimana mungkin keluarga mampu memberikan pendidikan yang bermanfaat jika hal yang paling mendasar  yaitu IBU tidak mampu memberikan pendidikan kepada mereka”

Pesan  dari R.A Kartini ini menyadarkan saya akan pentingnya peran perempuan terutama seorang Ibu dalam berbagai sektor kehidupan. Maka dari itu untuk semua perempuan hebat dengan segala perannya, mari kita sebaik mungkin mengintepretasikan diri , mulai menghargai diri sendiri ,menerima dan mengapresiasi diri sendiri atas pilihan yang telah dibuat. Ketahuilah bahwa semua perempuan luar biasa, terutama seorang Ibu. Dan mari saling menghargai dan support pilih perempuan lain. Sekali lagi, Selamat Hari Pemberdayaan Perempuan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun