Jika Anda berkunjung ke Yogyakarta dan ingin merasakan cita rasa makanan yang sudah menjadi favorit keluarga kerajaan, salah satu tempat yang wajib dikunjungi adalah warung Mangut Lele Mbah Marto. Makanan ini bukan hanya sekedar hidangan lezat, tetapi juga sebuah kisah sejarah yang penuh makna, terutama bagi mereka yang ingin merasakan hidangan yang pernah dinikmati oleh Sultan Hamengkubuwono VII.
Sejak pertama kali berjualan keliling pada awal 1960-an, Mbah Marto atau yang lebih akrab disapa dengan nama asli Marto Ijoyo, telah menyuguhkan mangut lele yang khas dengan bumbu rempah yang menggugah selera. Mangut lele adalah hidangan ikan lele yang dimasak dengan kuah santan bercita rasa pedas, memberikan rasa gurih dan pedas yang begitu menyegarkan.
Mbah Marto yang memulai bisnisnya dengan berjualan keliling, akhirnya memutuskan untuk menetap dan membuka warung di rumahnya sendiri pada tahun 1989. Dari situ, warung yang berada di Jalan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini menjadi salah satu tempat makan legendaris yang terus bertahan dan berkembang hingga sekarang.
"Awalnya kami jualan keliling, mulai dari pasar-pasar, rumah-rumah orang, sampai akhirnya kami memutuskan untuk buka di rumah sendiri. Alhamdulillah, banyak pelanggan setia yang datang ke sini," kata Bapak Wiwit, pelayan di warung Mangut Lele Mbah Marto, mengenang perjalanan panjang warung yang telah menjadi bagian dari sejarah kuliner Yogyakarta.
Mangut lele yang disajikan di warung ini memiliki rasa yang begitu khas dan berbeda dibandingkan dengan mangut lele di tempat lain. Proses pembuatan yang melibatkan berbagai rempah bahan alami, dan dimasak dengan arang kayu membuat rasa ikan lele menjadi lebih gurih dan penuh cita rasa. Paduan bumbu santan yang kental, daun jeruk purut, dan cabai memberikan sensasi pedas yang pas di lidah.
"Yang bikin beda di sini itu bumbunya, masakannya pakai bahan alami, bumbu rempah yang sudah turun temurun. Ikan lelenya juga fresh, jadi rasanya tetap enak meski sudah dimasak dengan santan," tambah Wiwit.
Namun, yang lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa hidangan ini ternyata menjadi favorit Sultan Hamengkubuwono VII. Sultan, yang dikenal dengan kecintaannya pada kuliner tradisional Yogyakarta, sering kali menikmati mangut lele di warung ini. Ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal tradisi dan kesetiaan pada cita rasa yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu.
Mbah Marto selalu mengatakan bahwa rahasia kelezatan mangut lele ini terletak pada proses memasak yang sabar dan penuh perhatian. Dalam setiap masakan, ia selalu memastikan bahwa ikan lele dimasak hingga benar-benar empuk, dengan bumbu yang meresap sempurna. “Kami tidak terburu-buru dalam memasaknya, karena yang penting adalah rasa,” ujarnya.
Kisah perjalanan Mbah Marto dalam menghidangkan mangut lele menjadi cerminan dari dedikasi dan kecintaan terhadap kuliner tradisional. Mbah Marto bukan hanya dikenal karena kemampuannya dalam memasak, tetapi juga sebagai sosok yang ramah dan penuh kasih sayang kepada pelanggan. Ia selalu menyapa pelanggan dengan senyuman dan memastikan setiap hidangan yang keluar dari dapurnya memiliki kualitas terbaik.
Namun, seiring berjalannya waktu, Mbah Marto menghembuskan nafas terakhirnya Kepergian Mbah Marto menyisakan kenangan bagi banyak orang yang pernah merasakan kehangatan hidangan mangut lele yang disajikan oleh tangan terampilnya. Walaupun Mbah Marto sudah tiada, warung Mangut Lele Mbah Marto tetap buka dan dikelola oleh anak dan cucunya, dengan mempertahankan resep dan tradisi yang sudah ada sejak dulu.
"Sampai sekarang, warung ini tetap buka, meneruskan usaha yang sudah dibangun oleh Mbah Marto. Kami semua ingin tetap mempertahankan warisan kuliner ini agar tetap ada dan dikenang," kata Wiwit, yang kini juga merupakan bagian dari keluarga besar Mbah Marto.