Mohon tunggu...
ade rahmah yulia
ade rahmah yulia Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi di universitas diponegoro

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

PEMBERITAAN MEDIA YANG DIBESAR-BESARKAN DEMI SUATU RATING

2 November 2010   11:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:54 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada pihak lain, kita membutuhkan suatu perantara untuk memudahkannya. Itu adalah media. Suatu pengertian atau tugas awal yang mana untuk saat sekarang mungkin sudah mengalami banyak sekali perkembangan dalam pelaksanaannya di lapangan.

Peran suatu media, baik media massa elektronik maupun cetak, ataupun media pers, sudah mengalami perluasan di dalam masyarakat. Bahkan bisa dibilang kalau media pada saat ini sudah merajai atau menguasai masyarakat kita. Media bisa dengan mudah mengendalikan berjuta-juta rakyat Negara hanya dengan informasi yang mereka sampaikan. Tentu aja hal tersebut kadang bisa mengalahkan aparat keamanan maupun pemerintah dalam hal mengendalikan rakyat. Hanya dengan kata-kata yang mereka buat atau sampaikan, pendengar atau audience seperti “tersihir”.

Sebenarnya hal tersebut bisa berdampak positif yaitu berhubungan dengan tingkat persatuan dan kesatuan suatu Negara. Jika media menggunakan itu dalam hal persatuan dan kesatuan. Namun sayangnya, justru banyak media yang menyalahgunakan wewenang yang diberikan tersebut. Banyak dari media mengatas namakan kebebasan pers untuk tindakan mereka yang ikut campur terlalu dalam terhadap suatu peristiwa yang bukan wilayah mereka lagi. Jika mereka dipersalahkan, mereka pasti berdalih pada UU yang mengatur tentang kebebasan pers.

Kita dapat mengambil contoh tentang media infotainment yang sering menjadikan artis sebagai objek info atau berita mereka.Telah terjadi banyak kesalahpahaman antara artis dan para pencari berita. Contoh saja kemarahan Luna Maya karena wartawan yang terus mengejarnya untuk suatu berita sampai-sampai kepala dari anak Ariel terbentur kamera wartawan. Lalu kasus Azhari yang melempar asbak kepada wartawan. Jika kita pelajari, tidak mungkin ada akibat tanpa suatu sebab yang pasti. Tidak mungkin para artis sampai berlaku demikian jika emosi mereka tidak terpancing oleh tindakan wartawan yang sering kali tidak tahu keadaan dan kondisi si artis. Mereka hanya memburu berita, tidak memikirkan kepentingan bahkan perasaan orang lain ( si artis)

Tidak jarang pula sesuatu yang pada awalnya biasa saja, bukan suatu masalah akan menjadi suatu masalah baru setelah di blow up oleh media. Tidak jarang masalah tersebut tambah parah dan semakin kompleks dengan ikut campurnya media. Banyak pasangan suami istri yang awalnya tidak ada masalah, tetapi karena gossip yang diberitakan oleh media terus dihembuskan, akhirnya rumah tangga mereka pun goyah. Media dengan seenaknya turut campur dalam rumah tangga orang, padahal menurut saya itu bukanlah wewenang media. Media justru semakin gencar memberitakan aib seseorang tanpa memikirkan dampaknya. Padahal dalam agama sudah jelas dikatakan bahwa sekalipun kita mengetahui keburukan seseorang atau orang lain, hendaknya janganlah kita menyebarkannya jika hal tersebut bisa berdampak sangat buruk.

Tapi namanya manusia pasti tidaklah lepas dari sebuah kekhilafan. Kita juga sebaiknya menelisik lebih jauh, hal apakah yang membuat perubahan ataupun perluasan wewenang dari media. Media tidak mungkin lepas dari audience. Tidak mungkin media menampilkan atau menyajikan hal yang tidak disukai oleh pemirsa secara terus-menerus. Jika media tetap mempertahankan menyajikan berita macam tersebut, tentu saja rating yang diperoleh berkenaan hal tersebut juga tinggi. Jadi semuanya saling berhubungan erat. Sebaiknya media itu adalah sebagai perantara yang baik antar lapisan masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Harus bisa bertindak objektif dan selalu berusaha untuk bijak serta positif dalam memandang suatu hal, problem, atau fenomena. Jadi janganlah suatu media itu hanya mementingkan rating semata tanpa memikirkan aspek edukatif atau sosial masyarakat, karena medialah yang memiliki aspek penting dalam perkembangan masyarakat kita. Mau dibawa ke arah baik atau tidak.

oleh: Ade Rahmah Yulia

mahasiswi PSIK UNDIP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun