Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Yang Paling Rahasia

7 Januari 2020   20:08 Diperbarui: 7 Januari 2020   20:12 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : pixabal.com

Karya AbigailTurtovNapitupulu (Adel)

Aku belajar menanti subuh
Dari tiap ayat-ayat damai yang kulantunkan setiap malam
Sambil memasrahkan diri
Kepada sebuah senyuman terakhir

Dan segala sesuatu yang manis
Sudah kurasakan
Sedari lonceng kehidupan
Membawaku pontang-panting
Menekuni apa saja yang diproduksi dunia
Sedari paling dasar kemudian mengunci di bibir paling rapat

Sekali lagi mengapung kesunyian
Melahirkan banyak perenungan di atas awan
Tentang permainan yang tak bisa kembali
Dari unsur-unsur murni berupa elemen pengikat diri, untuk bernapas


Hari sudah mulai larut
Kemejaku masih saja kusut
Padahal sudah berulangkali diusahakan rapih
Di antara cuaca yang semakin buruk

Ah! Langkah ini kian gontai
Pada titik kegelapan
Yang paling hitam
Magnetik sudah pudar
Eukaliptus
Menarik semua rahasia
Menguning tapi tidak mati
Sebab aku masih menanti batas waktu yang tidak pernah bisa kuterjemahkan
Dengan bahasa paling sakti

Bumi, aku sudah semakin lelah
Di manakah ayah ibuku?

Jakarta, 7 Januari 2020 20:05

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun