Penulis AbigailTurtovNapitupulu (Delia)
Baru saja kakiku hendak berjalan melangkah keluar dari sekolah, tiba-tiba Pak Elang memanggilku dengan tatapan matanya yang begitu liar menelusuri seluruh tubuh. Entah apa yang ada di dalam pikirannya yang jelas aku merasa risih dan berlalu mencoba meninggalkannya. Namun dia menghalaunya dengan menggandeng tangan untuk masuk ke ruangan kantor.
"Ini hadiah dari kami, para guru yang menghargai segala usahamu untuk mengharumkan nama sekolah ini."
Sepasang sepatu, baju seragam, tas dan beberapa buku serta alat tulis. Entahlah apa maksud Allah, dengan memberikan semua kebaikan pada hari ini, memang terlampau sempurna untukku karena sedari pagi hari, banyak rasa yang bermunculan, warna-warni seindah pelangi, satu di antaranya adalah kebahagiaan. Walau sebelum ini aku sempat mengalami amarah yang besar karena membenci sekolah ini.
"Pak, Aljaro pingsan di lapangan!" Sherli datang bersama May untuk melaporkan kejadian tentang keadaan satu-satunya murid pria yang sangat baik kepadaku sejak setahun yang lalu.
Kakiku melangkah menuju ruang UKS dan melihat tubuh lemahnya, yang sedang mengatur napas.
"Tenang saja, Pak! Dia hanya sedikit lapar. Mungkin ibunya lupa memberikan kotak makanan. Berikan saja teh hangat dan sedikit makanan." Kataku kepada petugas UKS.
"Hai, Borjois! Dia bukan gembel yang kekurangan makanan."
Aku mengacuhkan semua hinaan para fansnya. Kemudian melangkah keluar ruangan dan bergegas untuk pulang ke rumah, sambil berbisik dalam hati untuk tidak akan kembali memenuhi takdirku sebagai siswa di sekolah ini lagi. Toh selama ini aku juga tidak merasa nyaman berada di lokasi sekolah ini. Hanya karena kebaikan Pak Dirham sajalah aku berada disini, dia yang merekomendasikan sekolah ini, bahkan memberikan beasiswa selama masa pembelajaran. Sudah setahun aku disini dengan catatan baik dan membuat sekolah ini, makin terkenal di antara sekolahan elite lainnya.
Sebenarnya aku senang mendapatkan hadiah pada hari ini, namun rasa muak kembali hadir, ketika wajah Bapak kepala sekolah berkelana pada ruang bawah sadar ini. Kembali kata-kata Bapak Kepala Sekolah terngiang-ngiang di kepalaku.
"Seorang Borjois masuk wilayah kalangan kami adalah hal baru, tetapi hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, bisakah kau menanggalkan undangan khusus ini dan mengundurkan diri dari komunitas?"