Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Pak Elang Guruku Tersayang

13 Desember 2019   22:01 Diperbarui: 13 Desember 2019   22:00 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : Dokpri

Penulis AbigailTurtovNapitupulu (Delia)

Baru saja kakiku hendak berjalan melangkah keluar dari sekolah, tiba-tiba Pak Elang memanggilku dengan tatapan matanya yang begitu liar menelusuri seluruh tubuh. Entah apa yang ada di dalam pikirannya yang jelas aku merasa risih dan berlalu mencoba meninggalkannya. Namun dia menghalaunya dengan menggandeng tangan untuk masuk ke ruangan kantor.

"Ini hadiah dari kami, para guru yang menghargai segala usahamu untuk mengharumkan nama sekolah ini."

Sepasang sepatu, baju seragam, tas dan beberapa buku serta alat tulis. Entahlah apa maksud Allah, dengan memberikan semua kebaikan pada hari ini, memang terlampau sempurna untukku karena sedari pagi hari, banyak rasa yang bermunculan, warna-warni seindah pelangi, satu di antaranya adalah kebahagiaan. Walau sebelum ini aku sempat mengalami amarah yang besar karena membenci sekolah ini.

"Pak, Aljaro pingsan di lapangan!" Sherli datang bersama May untuk melaporkan kejadian tentang keadaan satu-satunya murid pria yang sangat baik kepadaku sejak setahun yang lalu.

Kakiku melangkah menuju ruang UKS dan melihat tubuh lemahnya, yang sedang mengatur napas.

"Tenang saja, Pak! Dia hanya sedikit lapar. Mungkin ibunya lupa memberikan kotak makanan. Berikan saja teh hangat dan sedikit makanan." Kataku kepada petugas UKS.

"Hai, Borjois! Dia bukan gembel yang kekurangan makanan."

Aku mengacuhkan semua hinaan para fansnya. Kemudian melangkah keluar ruangan dan bergegas untuk pulang ke rumah, sambil berbisik dalam hati untuk tidak akan kembali memenuhi takdirku sebagai siswa di sekolah ini lagi. Toh selama ini aku juga tidak merasa nyaman berada di lokasi sekolah ini. Hanya karena kebaikan Pak Dirham sajalah aku berada disini, dia yang merekomendasikan sekolah ini, bahkan memberikan beasiswa selama masa pembelajaran. Sudah setahun aku disini dengan catatan baik dan membuat sekolah ini, makin terkenal di antara sekolahan elite lainnya.

Sebenarnya aku senang mendapatkan hadiah pada hari ini, namun rasa muak kembali hadir, ketika wajah Bapak kepala sekolah berkelana pada ruang bawah sadar ini. Kembali kata-kata Bapak Kepala Sekolah terngiang-ngiang di kepalaku.

"Seorang Borjois masuk wilayah kalangan kami adalah hal baru, tetapi hal ini seharusnya tidak boleh terjadi, bisakah kau menanggalkan undangan khusus ini dan mengundurkan diri dari komunitas?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun