Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Fatamorgana Wajah Dunia

23 Januari 2019   15:53 Diperbarui: 23 Januari 2019   15:56 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Karya Succubus

Kesalahan adalah ketika kita buta dari sebuah kenyataan
lupa memasangkan signal jati diri
saat menguntai cinta berbait sendu.

Padahal garis laku, benar-benar telah keliru
memasang denyar pada wadah puisi
yang hanya berisikan caci-maki dari kegagalan dasar ingin
hingga rapalan ribuan doa sia-sia
tertampar keangkuhan yang begitu egois
menghasilkan jalan darah menyempit.

Jika satu kali saja menyadari bahwa indah itu ada
di sini! Pada hari kecil kita
di mana cahayanya lebih terang dan paling indah
dari fatamorgana dunia yang gemerlapnya hanyalah delusi.

Kemudian,

mengemis kepada manusia, fatal terkronis
sebab sejatinya manusia itu, sumber kekecewaan terdalam.

Aku lupa mengaminkan kekurangan
sehingga kabut membajak ruang pikiran
menyetubuhi dosa-dosa
lebih mengagungkan buana
ketimbang hawa murni
yang mana unsur-unsur kebahagiaan itu sendiri
terbentuk dengan sempurna.

Inilah racun kegilaan dari sebuah waras yang membuat kesadaran mati total
singgahnya akibat kelalaian mempelajari rumus kehidupan.

Duhai, duh. Kau pesona pembakar mataku silau
sialnya aku terbajak dungu.

Ah masa yang api! Aku tak ingin kembali.

Tanggerang, 23 Januari 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun