BY SUCCUBUS
Hujan datang kemudian. Halaman rumah sedikit becek. Genangan air datang dan masuk ke ruang tamu melalui celah-celah pintu. Atma mencoba menambal muka pintu dengan papan agar genangan air tidak membanjiri ruangan. Saat sedang asik dengan air hujan, tiba-tiba warga begitu ramai lalu-lalang di depan rumahnya.
"Pak, ada apa?"
Atma kemudian bertanya kepada salah satu pemuka wilayah, yang wajahnya begitu panik.
"Bu Wiwik meninggal dengan penuh luka-luka cakaran hewan dan dadanya bolong."
"Bu Wiwik, janda di seberang jalan itu, pak?"
"Iya, Neng."
Agak sedikit ngeri membayangkan tubuh Bu Wiwik luka-luka cakaran hewan. Kemudian mengingat potongan kain daster yang ada di mulut Yanlik. Atma sedikit merinding. Tetapi pikiran busuknya di tepis kemudian.
'Tidak mungkin Yanlik. Dia terlalu manis."
Atma mencoba untuk positif thinking.
Yanlik bangun dari tidur, menghampiri Atma, lalu duduk manja di pangkuannya. Ada sedikit keraguan hinggap ketika mulut Yanlik terdapat bercak darah. Tetapi wajah lucunya mengusir segala pertanyaan dalam benak.