Mohon tunggu...
Adelia Dewanti
Adelia Dewanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta - 20107030068

Hi! saya Adelia Dewanti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan NIM 20107030068. Mohon bantuan dan dukungannya ya teman-teman semua.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Usaha Kerajinan Decoupage di Masa Pandemi Covid-19

30 Juni 2021   11:30 Diperbarui: 30 Juni 2021   11:52 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Cucu Kodariah R. sudah berkecimpung di dunia kerajinan decoupage selama kurang lebih 4 tahun (Sumber: dokpri)

Découpage adalah kerajinan yang menyenangkan dan menenangkan yang dapat dinikmati oleh siapa saja dari segala usia dan kemampuan. Jadi, kita bisa ciptakan sesuatu yang cantik dan dekoratif untuk rumah kita. Sederhananya, decoupage melibatkan pemotongan gambar, menempelkannya ke objek dan kemudian melapisi gambar dan objek dengan lapisan pernis. Item yang sudah jadi dapat terlihat sangat indah sehingga tampak dibuat secara professional. Kita dapat mendecoupage hampir semua hal di sekitar rumah dan ini adalah cara yang bagus untuk memperbarui atau merapikan perabotan rumah tangga yang terlihat sedikit usang.

Namun di tangan Ibu Cucu Kodariah R, pengrajin asal Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, barang-barang ini bisa berubah menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi. Salah satu kreasinya adalah tas. Gambar dipilih sesuai dengan ukuran tas lalu dibentuk pola untuk dijadikan tas decoupage. Membuat pola tas memerlukan kejelian menemukan gambar yang pas hingga bisa menghasilkan warna yang menarik. Proses pembuatan tas ini pun tidaklah sebentar, perlu waktu untuk menghaluskan dan mempertipis gambar yang sudah dipola. Setiap hari, Ibu Cucu Kodariah R dapat memproduksi 1 hingga 2 buah tas. Tas yang telah menampilkan corak dari kombinasi gambarnya pun langsung dilapiskan dengan pernis hingga mengkilap dan menimbulkan kesan etnik nan eksotis. Tak ayal produknya diburu konsumen dari mancanegara seperti China dan India.

Selanjutnya ada kreasi masker yang menjadi alternative produk yang dibuat oleh Ibu Cucu Kodariah R lantaran usaha tasnya lumayan mandek akibat pandemic COVID-19. Dibutuhkan gambar yang bagus untuk membuat tas tersebut, sebab semakin bagus gambarnya akan semakin unik, cerah dan sangat pas buat fashion. Untuk konsumen domestik, tas ini dibandrol hingga 300.000 rupiah.

Ibu Cucu Kodariah R. sudah berkecimpung di dunia kerajinan decoupage selama kurang lebih 4 tahun (Sumber: dokpri)
Ibu Cucu Kodariah R. sudah berkecimpung di dunia kerajinan decoupage selama kurang lebih 4 tahun (Sumber: dokpri)

Pada hari Selasa, 29 Juni 2021 lalu, saya berhasil mewawancarai Ibu Cucu Kodariah R. Seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun yang sudah berkecimpung di dunia kerajinan decoupage selama kurang lebih 4 tahun. Beliau mengatakan, “untuk satu barang beda-beda jenisnya, kalau untuk bikin bros dalam satu jam saya bisa produksi untuk 20 pieces sampai 30 pieces. Tapi ketika saya bikin tas seperti ini memerlukan waktu yang agak lama, bisa 4-5 jam. Alhamdulillah ketika saya mengisi pameran sejak Asian Games, barang-barang decoupage saya ini sampai ke negeri China dan India karena peminat lebih banyak dari sana. Kalau untuk negara seperti Thailand dan Eropa kebanyakan suka produksi kerajinan yang lebih klasik lagi. Sampai saat ini saya jual melalui pameran-pameran yang diselenggarakan PEMDA daerah maupun provinsi. Kebetulan saya adalah binaan dari Dekranasda Jakarta Utara dan DKI Jakarta."

produksi pertamanya adalah aksesoris seperti bros (Sumber: dokpri)
produksi pertamanya adalah aksesoris seperti bros (Sumber: dokpri)

”kalau dalam pameran, barangnya sudah pasti ready. Kalau ada yang ingin dibuatin, akan saya buatkan. Usaha ini dirintis persisnya itu 4 tahun yang lalu untuk decoupage sendiri. Sampai saat ini produksi pertama saya adalah aksesoris seperti bros, kalung, gelang, anting-anting yang dibuat dari kristal Swarovski. Selanjutnya yang kedua, saya produksi seni decoupage yaitu bisa tas, sendal, dan macam-macam. Selanjutnya yang ketiga, saat awal pandemic saya membuat masker dari bahan. Saat pandemi COVID-19, produksi barang-barang ini sambutannya lumayan baik dari calon pembeli, apalagi untuk masker ya sambutannya bagus, untuk barang lain seperti bros juga bagus karena hampir setiap wanita yang memakai jilbab itu memerlukan bros. Barang yang menjadi produk yang paling laris untuk saat ini khususnya pandemic ya masker. Selama pandemic ini barang-barang lain agak menurun, paling orderan hanya untuk personal atau pribadi sekitar 10-5 pieces. Tapi selama pandemic ini Alhamdulillah ada aja tiap hari yang beli."

Foto bersama Ibu Cucu Kodariah R. selaku pengrajin asal Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Sumber: dokpri)
Foto bersama Ibu Cucu Kodariah R. selaku pengrajin asal Sunter Agung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (Sumber: dokpri)

”asal mulanya karena saya banyak di rumah akhirnya saya jenuh dengan situasi rumah. Namanya ibu rumah tangga akhirnya saya menambah kegiatan belajar melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan infonya lewat online tapi pada saat itu saya pelatihan tatap muka. Dari situ saya makin senang menggeluti usaha dan terus mencari ilmu lagi sampai hari ini. Rencana untuk membuat barang-barang baru yang lain agar produk lebih banyak dan lebih variative itu pasti, jadi saya menambah produksi model sesuai dengan apa yang diminati pada masa ini dan seterusnya. Untuk mengembangkan usaha ini kira-kira butuh yang pasti modal usaha. Karena produk ini saya buat secara handmade, jadi pasti beda antara pengrajin satu dengan pengrajin yang lainnya. Untuk harganya standar mungkin dengan harga pasaran tapi untuk mutunya pasti lebih bagus di sini. Produk dari yang murah seperti bros itu saya bisa jual 10.000 rupiah ke atas sampai ada yang 130.000 rupiah. Kalau jenis tas decoupage seperti ini saya bisa menjual sampai 300.000 rupiah. Imbas dari COVID-19 ini otomatis produk saya lumayan tersendat terus pembelinya juga tidak seperti sebelum COVID-19 ada.”

Kesempatan kepada para pemangku kepentingan, terutama pembuat kebijakan, dan masyarakat umum untuk mengembangkan respons yang mendukung pemulihan UMKM, bergerak maju, dan bersiap dari guncangan di masa depan. Sektor UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Studi UMKM harusnya lebih berfokus pada, strategi penanggulangan, serta rencana mereka untuk pertumbuhan di masa depan yang mengkonfirmasi keganasan dan kegelapan pandemi COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun