Mohon tunggu...
Adelia DwiJanita
Adelia DwiJanita Mohon Tunggu... Lainnya - Saya merupakan mahasiswa semester 4 di Universitas Negeri Yogyakarta program studi Pendidikan Luar Biasa

Saya memiliki hobi menulis, membaca dan memasak. Saya tertarik dengan dunia pendidikan dan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengelolaan Egotism Saat Pandemi Covid-19

24 Juni 2022   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2022   11:41 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Egotism atau egoism merupakan motif untuk mencari keuntungan pribadi melalui target perilaku. Prinsip dari egotism ini adalah bahwa individu harus bersifat “keakuan” yaitu melakukan sesuatu dengan tujuan mendapatkan manfaat untuk dirinya sendiri dimana suatu perbuatan yang memberikan keuntungan merupakan perbuatan yang baik sedangkan perbuatan akan dinilai buruk apabila merugikan dirinya sendiri. Meskipun demikian dalam beberapa kondisi tertentu egotism ini diperlukan, dengan catatan menghasilkan energi yang positif misalnya energi untuk maju atau menang dalam pertandingan.  Sering kali disebutkan bahwa lawan dari egotism ini adalah altruism yakni sikap mementingkan kepentingan orang lain atau dengan kata lain perilaku yang bertujuan menguntungkan orang lain. Padahal dalam beberapa bentuk altruism terjadi karena motivasi egotism sehingga dapat dikatakan keduanya saling berhubungan. Hal ini diperkuat oleh Synder & Shane (2002) yang berpendapat bahwa altruism merupakan perilaku prososial yang dimotivasi oleh egotism pribadi, dorongan dari empati atau keinginann menguntungkan orang lain tanpa memikirkan keuntungan pribadi.

Dalam kondisi pandemic covid-19 ini banyak hal-hal yang membuat individu harus beradaptasi dengan ketentuan, kebijakan maupun adaptasi sosial di era new normal, dimana standar aktivitas “normal” yang dulu mulai bergeser menyesuaikan keadaan dan kebijakan yang didasarkan pada kepentingan bersama. Namun alih-alih patuh malah sering kali individu menunjukkan egotismnya dengan memanfaatkan kondisi pandemic yang serba sulit ini untuk mendapatkan keuntungan pribadi baik secara materi maupun kepuasan diri. Lalu bagaimana pengelolaan egotism individu untuk menghadapi pandemic yang belum dapat dipastikan ujungnya ini?

  1. Meningkatkan rasa empati, yaitu memahami kondisi orang lain. Empati ini dapat dimulai dengan belajar untuk mengendalikan emosi negative dalam diri terlebih dahulu kemudian mencoba untuk memperluas interaksi dengan orang lain dimana dengan interaksi tersebut maka kita akan mendapatkan pengalaman dalam menghadapi suatu kondisi yang melibatkan orang lain. Interaksi dalam hal ini tidak diharuskan dengan kontak secara fisik, terlebih saat pandemic. Maka dari itu interaksi dapat dilakukan secara daring/online. Ketika rasa empati tersebut muncul maka respon yang diberikan dapat berupa perilaku menolong (altruism). Perilaku menolong tersebut tidak harus berupa materi namun patuh dengan kebijakan misalnya menggunakan masker sesuai ketentuan, tidak menimbun kebutuhan pokok termasuk masker dan atau vaksin sesuai jadwal vaksin yang ditentukan, tidak perlu berebut dan mendahulukan orang yang resiko terpapar covidnya lebih besar seperti nakes.
  2. Memperluas wawasan, yaitu dengan mencari informasi yang paling akurat serta meng-updgrade wawasan agama dan sosial dimana agama disini harus berdiri sebagai agama kemanusiaan yang mementingkan nilai-nilai sosial yang berketuhanan. Dalam kasus ini sering kali diperdebatkan oleh orang yang beranggapan bahwa vaksin itu haram dengan orang yang pro-vaksin. Maka dari itu dengan memperluas wawasan ini diharapakan egotism diri kita dapat menurun, sehingga dapat membuat keputusan yang bijak lerlebih disaat pandemi.
  3. Egotism tidak perlu dihindari atau dihilangkan dimana tetap dapat diterapkan dakal kondisi tertentu, misalnya apabila kita menjadi minoritas di lingkungan yang belum mematuhi peraturan atau kebijakan, namun juga harus disertai dengan edukasi. Misalnya saat masa pandemi mayoritas orang di lingkungan kita tidak percaya dengan covid yang berbahaya dan ketika kita menggunakan masker saat bersama mereka, mungkin mereka akan tersinggung dll. Dalam hal ini kita dapat mengarahkan dan mengedukasi masyarakat tersebut sebagai bentuk kontrol sosial.

Demikian beberapa tips untuk mengelola egotism pada diri kita terlebih di situasi pendemi covid-19 yang masih terus berlanjut seperti saat ini. Penulis berharap melalui pengelolaan egotism ini masalah pandemi segera usai dan beban pandemic yang sekarang sedang dipikul tidak bentambah berat karena sikap egois manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun