Mohon tunggu...
Adelia Almanda
Adelia Almanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mahasiswa UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel "Cinta Tanah Air" Karya Nur St Iskandar

7 Mei 2023   13:31 Diperbarui: 7 Mei 2023   13:35 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Cinta Tanah Air

Novel Cinta Tanah Air karya Nur Sutan Iskandar merupakan sebuah karya sastra yang membahas tentang sejarah bangsa dengan cara yang sangat mengesankan. Ditulis dengan gaya naratif yang padat dan jelas, novel ini diterbitkan pada tahun 1944 di Balai Pustaka dan berhasil menarik pembaca ke dalam cerita yang menarik dan bermakna.

Seorang pemuda yang sedang mencari trem. Namanya Amirudin. Ia bertujuan untuk pergi ke pasar malam, Amirrudin menunggu trem di gang kenanga. Setelah menunggu lama, wajah pucatnya berubah menjadi gembira saat pasukan Seinenda muncul di hadapannya. Di dalam trem, terungkap bahwa dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang menatap Amiruddin sepanjang jalan dan mereka saling memandang.

 Di gerbang pasar malam, dia membaca slogan menarik yang menyatakan Tentara Dai Nippon sebagai penjaga pulau Jawa, dan ia lalu bergegas ke loket penjualan tiket. Di sana, anak-anak muda itu secara tidak sengaja bertemu kembali. Terutama Amirrudin yang jantungnya berdegup kencang saat melihat gadis yang selalu diimpikannya. Di pasar malam, hati Amiruddin tertuju pada ruang seni yang menjual sapu tangan, di mana mereka bertemu kembali dan membekas karena saputangan yang mereka beli tertukar.

Saat menonton pertunjukan di pasar malam, Amiruddin kebetulan juga bertemu dengan sahabat lamanya yaitu Harjono. Harjono dan Amiruddin pergi ke warung dekat pasar malam. Mereka begitu asyik dalam percakapan sehingga mereka tidak memperhatikan untuk waktu yang lama bahwa seseorang sedang mendengarkan mereka. Seorang pria bernama Mas Soewondo menghubungi dua temannya dan benar mencurigai anak sahabatnya, Amiruddin. Mas Soewondo menanyakan kabar ayah Amiruddin, Engku Datuk Serimaraj, dan ibunya, Nyi Zubaidah. Mas Soewondo meminta Amiruddin berkunjung ke rumahnya besok juga. Malam itu, Amiruddin bermalam di Asia Guest House di Senen.

Keesokan harinya, Amiruddin menepati janjinya untuk berkunjung ke rumah Mas Soewondo di Bungur, Jakarta. Dia disambut oleh dua teman lama orang tuanya. Mas Soewondo mengatakan ayah Amiruddin sangat mirip dengan Amiruddin dan memiliki semangat mengabdi pada bangsa. Dia juga ingat sahabatnya yang mengubahnya dari seorang penjudi menjadi seorang pelayan. Percakapan yang sedang berlangsung itu antara amiruddin dan kedua orang tua itu seperti seorang anak yang sedang bercakap-cakap dengan orangtua nya. Tak lama pulanglah seorang anak dari kedua orang tua itu bernama Astiah yang biasa dipanggil Ruk. Pertemuan antara Amiruddin dan Astiah membuat hati Amiruddin semakin berdebar-debar, kedua orangtua astiah pun mulai menarus rasa curiga pada keduanya, bahwa mereka seperti ada hubungan. Setelah lama bercakap-cakap dengan kedua orangtua Astiah, Amiruddin pun pamit untuk hendak pulang ke rumahnya.

Setelah sampainya di rumah Amiruddin disambut oleh adiknya yang sangat senang menerima buat tangan dari sahabat ibunya. Di dalam kamarnya Amiruddin sedang membaca surat yang di berikan Astiah untuk dirinya, dan membuat ia membayangkan wajah Astiah sosok perempuan cantik dambaannya. Setelah membaca surat tersebut Amiruddin bercerta-cerita dengan ibunya tentang sahabat lama ibunya itu. Keesokan harinya Mas Soewondo bersama istrinya datang bertamu ke rumah orangtua nya Amiruddin. mereka berdua disambut ramah oleh orang tua Amiruddin. Setelah lama mereka bercakap-cakap Mas Soewondo dan istrinya pun hendak pamit untuk pulang karena Astiah sedang di rumah sendirian.

Sebagai seorang ibu, apalagi Nyi Zubaidah adalah seorang janda. Ia ingin sekali Amiruddin melepas masa lajangnya dan menikah. Namun saat itu Amiruddin belum siap untuk berumah tangga. Tetapi Nyi Zubaidah sudah memiliki calon yang cocok untuk menajdi istri Amiruddin. Suatu hari Nyi Zubaidah datang bertamuke rumah sahabat lamanya itu, saat melihat Astiah Nyi Zubaidah tertarik pada kecantikan parasya Aatiah. Ia mempunyi keinginnan hati untuk menjodohkannya dengan Amiruddin, karena terlebiih lagi hubungaan dua keluarga tersebut sudah sangat dekat. Tak lama Amiruddin dan Astiah pun bertunangan dan menikah.

Sementara saat itu suasana perang semkin terasa memanas, awalnya bangsa indoneia tidak mengetahui maksud dan tujuan jepang untuk membela indonesia. Indonesia yang terpikat hatinya pun mendaftarkan diri untuk menjadi pasukan pembela tanah air termasuk Amiruddin, Harjono, serta teman-teman yang lain. Meskipun Amiruddin akan maju ke medan perang, namun itu tidak menjadi penghalang cintanya kepada Astiah dan begitu juga dengan Astiah. Astiah juga berbuat hal yang sama dengan Amir, Astiah maju ke medan perang sebagai juru rawat. Beberapa hari sebelum menuju medan perang, keduanya melangsungkan pernikahan dengan sederhana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun