Geladi Hominisasi 6,
Sabtu, 19 November 2022
Universitas Katolik Parahyangan menyelenggarakan sebuah kegiatan yakni geladi hominisasi. Dalam kegiatan ini saya berdinamika bersama rekan-rekan mahasiswa lintas jurusan. Kami belajar bersama menjadi warga negara yang terampil dalam menggunakan logika dan bahasa dalam menyampaikan gagasan. Geladi Hominisasi bukan kegiatan webinar tetapi kami seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Geladi ini diawali dengan tugas pra geladi yakni menyimak dan merefleksikan Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" 3 stanza. Syair yang menarik bagi saya adalah " Indonesia bersatu ". Saya tertarik karena syair ini mengingatkan saya bahwa Indonesia adalah negara yang dibangun dengan perjuangan panjang para pahlawan yang berhasil mengesampingkan keegoisan diri karena adanya perbedaan melainkan bersatu memerdekakan Indonesia. Indonesia yang berdaulat hadir karena adanya peleburan dari berbagai macam keberagaman yang ada di Indonesia. Selain itu, saya pun tersentuh akan film Dokumenter Kue Tradisional : Sebungkus kisah tradisi yang kian terlupa. Film Dokumenter ini adalah hasil penelitian tentang Kue Tradisional yang semakin terpuruk di negerinya sendiri.
Mahasiswa adalah masa depan bangsa. Sebagai penerus bangsa kita harus menghidupi rasa cinta dan bangga atas tanah air. Hidup di zaman modern ini, perlu kemampuan menggunakan logika dan bahasa sebagai warga negara. Hal ini dibutuhkan untuk menjaga bangsa kita dari ancaman perpecahan bangsa yang terkadang diakibatkan oleh permasalahan kecil. Berpikir logis perlu di tingkatkan agar kita tidak mudah terhasut oleh oknum tertentu yang pastinya ingin memecahbelahkan Indonesia.
Dalam berdinamika bersama teman -- teman lintas jurusan, saya menemukan keindahan Indonesia. Indonesia yang kaya akan keragaman, demikian juga dalam geladi hominisasi saya menemukan keragaman itu. Kami semua dipersatukan oleh motto yang sama yakni Bakuning Hyang Mrih Guna santyaya Bhakti, yang berarti Berdasarkan Ketuhanan Menuntut ilmu untuk Dibaktikan kepada Masyarakat. Saya juga diingatkan kembali akan nilai -- nilai SINDU yakni menjadi manusia yang utuh, menghidupi cinta kasih dalam kebenaran dan kebersamaan dalam keberagaman. Dalam geladi hominisasi saya belajar untuk menyingkirkan keegoisan diri, bersikap terbuka terhadap sesama, menghargai dan menghormati mereka. Demikianlah cerita saya bagaimana geladi ini menjadi begitu berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H