Mohon tunggu...
Adela Salsabila
Adela Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari martin hoffman

18 Januari 2025   18:57 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:57 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

 Martin Hoffman adalah seorang psikolog perkembangan yang terkenal atas teorinya tentang empati. Dalam teorinya, Hoffman menggambarkan perkembangan empati sebagai proses bertahap yang terjadi seiring dengan pertumbuhan kognitif dan emosional seseorang. Empati, menurut Hoffman, adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, serta merespons dengan cara yang sesuai.

Hoffman mengidentifikasi empat tahapan perkembangan empati:
1.Empati Global (0-1 Tahun)
Pada tahap ini, bayi merasakan distress orang lain tetapi tidak dapat membedakan antara dirinya sendiri dan orang lain. Misalnya, ketika bayi melihat bayi lain menangis, ia mungkin juga menangis karena merasa terpengaruh, tetapi belum memahami bahwa emosi tersebut berasal dari orang lain.
2.Empati Egocentris (1-2 Tahun)
Anak mulai menyadari bahwa emosi yang dirasakannya berasal dari orang lain, tetapi masih melihat dunia dari sudut pandangnya sendiri. Contohnya, jika anak melihat seseorang sedih, ia mungkin mencoba membantu dengan memberikan mainan favoritnya, menganggap hal itu akan membuat orang lain merasa lebih baik.
3.Empati untuk Perasaan Orang Lain (2-10 Tahun)
Pada tahap ini, anak sudah dapat memahami bahwa emosi orang lain mungkin berbeda dari emosinya sendiri. Anak-anak mulai menunjukkan simpati dan respons yang lebih tepat terhadap perasaan orang lain, misalnya dengan memberikan pelukan kepada teman yang sedih.
4.Empati untuk Kondisi Hidup Orang Lain (10 Tahun ke Atas)
Pada tahap ini, individu mampu memahami bahwa emosi orang lain tidak hanya terkait dengan situasi sesaat, tetapi juga dengan kondisi hidup atau pengalaman jangka panjang. Ini mencakup kemampuan untuk memahami kesulitan sosial, ekonomi, atau budaya yang dialami oleh orang lain.

Komponen Empati Menurut Hoffman

Hoffman juga menyatakan bahwa empati memiliki tiga komponen utama:
1.Komponen Afektif: Kemampuan untuk merasakan emosi orang lain.
2.Komponen Kognitif: Kemampuan untuk memahami sudut pandang orang lain.
3.Komponen Motivasi: Dorongan untuk bertindak berdasarkan empati, seperti membantu orang lain yang membutuhkan.

Faktor yang Mempengaruhi Empati

Hoffman percaya bahwa perkembangan empati dipengaruhi oleh kombinasi faktor biologis (genetik) dan sosial (pengasuhan, pengalaman sosial). Pengalaman, khususnya interaksi dengan orang lain, memainkan peran penting dalam membentuk kemampuan seseorang untuk berempati.

Teori Hoffman banyak digunakan dalam pendidikan dan psikologi, terutama dalam membantu anak-anak mengembangkan empati melalui pengalaman sosial dan lingkungan yang suportif. Teori empati Martin Hoffman adalah teori psikologi moral yang menjelaskan empati sebagai kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Hoffman percaya bahwa empati dapat dikembangkan dan menjadi dasar perilaku prososial.
Konsep empati Hoffman
Empati adalah keadaan emosional yang lebih sesuai dengan kondisi orang lain daripada kondisi pelaku moral.
Empati melibatkan empati kognitif dan resonansi emosional.
Empati kognitif adalah memahami perspektif orang lain.
Resonansi emosional adalah merasakan emosi yang sama dengan orang yang Anda empati.
Perkembangan empati Hoffman
Hoffman mengidentifikasi beberapa tahapan perkembangan empati, mulai dari empati global di masa bayi hingga empati yang lebih kompleks pada masa remaja.
Hoffman percaya bahwa empati dapat dipupuk dan dikembangkan, yang mengarah pada perilaku yang lebih berbelas kasih dan etis.
Penerapan teori Hoffman
Teori Hoffman bermanfaat, tetapi memiliki beberapa keterbatasan ketika diterapkan pada pengaturan perawatan kesehatan dan sosial.
Empati bersifat subjektif dan dapat ditafsirkan secara berbeda oleh setiap individu.
Empati dapat menyebabkan kelelahan emosional di kalangan profesional jika tidak dikelola dengan baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun