Isu kemiskinan dan kelaparan saat ini masih menjadi isu yang penting dan saling terkait tidak hanya bagi negara berkembang melainkan di dunia. Kemiskinan dan kelaparan masih sebagai problem dunia, menjadikan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan utama diarahkan untuk menjamin keberlanjutan capaian MDGs. Dunia bersepakat untuk meniadakan kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Saat ini angka kelapran dan kemiskinan semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Adanya pengaruh dari Covid-19, perubahan iklim, politik global mengakibatkan terjadinya ketimpangan. Krisis biaya hidup global, yang dipicu oleh perang di Ukraina, telah mendorong puluhan juta orang ke dalam kemiskinan dan bahkan kelaparan. Konflik dan peristiwa cuaca ekstrem telah menyebabkan kerawanan pangan yang lebih besar, terutama di negara-negara yang sudah rentan.
Pada 2023 jumlah orang yang mengalami ancaman pangan dan pencaharian terus meningkat. Sekitar 258 juta orang di 58 negara dan wilayah menghadapi pada 2022. Lebih dari 900.000 orang diseluruh dunia berjuang untuk bertahan hidup dalam bencana kelaparan, peningkatakan ini sangat cepat dibandingkan 5 tahun yang lalu. PBB juga memperingatkan bahwa dunia sedang menghadapi krisis kemanusiaan terbesar sejak 1945, dengan lebih dari 20 juta orang terancam kelaparan ekstrim dan kekurangan pangan.
Kemiskinan juga melanggar hak asasi manusia karena merampas kebutuhan dasar individu dan kesempatan untuk hidup layak. Ini berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan anak-anak. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan sangat terpengaruh, karena mereka cenderung menderita penyakit kronis, keterlambatan perkembangan, dan masalah kesehatan mental. Pelanggaran ini terlihat dari kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan, makanan bergizi, air bersih, dan fasilitas sanitasi yang menyebabkan tingginya angka gizi buruk, penyakit, dan kematian bayi.
Faktor-faktor ini berdampak negatif pada kesejahteraan emosional dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. kemiskinan tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga berdampak buruk pada kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan anak. Sangat penting bagi pemerintah, organisasi, dan individu untuk mengatasi kemiskinan.
Mengatasi masalah kelaparan dan kekurangan gizi, mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan, dan memastikan ketahanan pangan untuk semua. Hal ini mengarah pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani skala kecil. Sistem produksi pangan berkelanjutan dan praktik pertanian tangguh diterapkan dengan tetap menjaga dan meningkatkan kualitas ekosistem dan tanah. Pelestarian keragaman genetik pada benih dan hewan juga memberikan manfaat yang dapat dinikmati oleh semua pihak. Peningkatan investasi, tidak adanya distorsi pasar, dan akses informasi pasar yang cepat juga merupakan aspek penting untuk mencapai tujuan ini.
PBB memiliki dua organisasi dalam mendikasikan pembrantasan kelaparan dan kemiskinan dunia yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) dan United Nations Development Programme (UNDP). Adanya kedua organisasi tersebut menjadikan PBB membangun program SDGs yang salah satunya adalah menanggulangi masalah kemiskinan dan kelaparan secara global. Kesepakatan yang sudah dibuat oleh negara-negara anggota PBB menghasilkan tujuan dalam menanggulangi kemiskinan dan kelaparan seperti:
- Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari 1,25 dolar Amerika per hari.
- Mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan, dan anak-anak dari semua usia yang hidup dalam kemiskinan di semua dimensi.
- Menjamin bahwa semua laki-laki dan perempuan, khususnya masyarakat miskin dan rentan, memiliki hak yang sama terhadap sumber daya ekonomi dan akses terhadap.
- Menghilangkan kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang, khususnya orang miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, terhadap makanan yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun.
- Menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi, termasuk mencapai target yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus di bawah usia 5 tahun, serta memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta manula.
- Menjamin sistem produksi pangan yang berkelanjutan dan menerapkan praktek pertanian tangguh yang meningkatkan produksi dan produktivitas, membantu menjaga ekosistem, memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya, serta secara progresif memperbaiki kualitas tanah dan lahan.
Bila tujuan ini tercapai, berarti tidak ada lagi yang menderita kekurangan pangan atau gizi buruk dan kemiskinan. Ini menekankan perlunya investasi di bidang pertanian, peningkatan produktivitas pertanian, dan pelestarian keragaman genetik dalam benih dan hewan. Ini juga menyoroti pentingnya partisipasi aktif dari masyarakat dalam mendukung tujuan ini melalui kontribusi keuangan atau sukarela.
Terlepas dari kemajuan yang dicapai untuk mencapai ini, masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa "tidak ada yang tertinggal" di jalan menuju nol kelaparan dan nol kemiskinan. Dengan menghilangkan kelaparan dan kemiskinan, masyarakat dapat meningkatkan kinerjanya dan siap untuk mencapai SDGs lainnya.
"Artikel ini sebagai salah satu syarat Tugas II Mata kuliah Aktor Non Negara (Non State Actor) dengan Dosen Pengampu: Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LLM."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H