Mohon tunggu...
Ade Aja
Ade Aja Mohon Tunggu... -

Saya seorang yang bercita-cita ingin menjadi penulis dan sedang berusaha mewujudkannya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jadi Jobseeker di Kota J

7 Januari 2015   08:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah 2 bulan lebih saya resmi menjadi pengangguran atau bahasa kerennya Jobseeker. Berhenti dari pekerjaan sebelumnya di sebuah radio swasta untuk merantau  ke kota besar berharap pundi2 yang lebih baik dan masa depan terjamin, begitulah kira2 pesan2 sponsor dari ibu saya. Diawal November 2014 lalu saya berangkat seorang diri ke kota besar ini. Petualangan saya diawali dengan tes sebagai pamong praja a.k.a CPNS di sebuah kementrian favorit saya. Dari 2 ribuan pelamar, termasuk saya, akhirnya terpilihlah satu orang untuk mengisi  formasi yang saya lamar, dan itu bukanlah saya.

Dan petualangan saya berlanjut dari satu jobfair satu ke jobfair lainnya, lagi lagi seorang diri. Hal itu kemudian membuat decak kagum keluarga saya dikampung atas keberanian saya. Beberapa jobfair saya jalani tapi tak kunjung ada panggilan menghampiri saya. Mungkin belum jodoh, pikir saya menyemangati diri sendiri. Lowongan yang saya apply secara online juga hanya mampu saya jalani sampai tahap psikotest. Tahap tes yang belum bisa saya bobol sampai saat ini. Keuangan semakin menipis, minta ke orang tua di kampung pun malu rasanya.

Akhirnya dengan kondisi yan serba pas-pasan saya memantapkan diri untuk terus bertahan menaklukan kota besar ini. Seperti hari ini dengan modal 100rb yang tersisa saya mengayunkan langkah menuju jobfair lainnya yang katanya spektakuler dan terbesar di Indonesia. Saya pun tiba di venue, dengan semangat ikut mengantri bersama peserta lain yang wajahnya seirama dengan saya, wajah ngarep. Setelah mengantri penuh sesak, saya bisa masuk ke gedung tempat berlangsungnya jobfair, tapi semua tidak mudah karna saya harus ngantri lagi, untuk membeli tiket. Sya mendengar obrolan 2 orang yang mengantri disebelah saya tentang harga tiket yang mahal. Darah saya langsung berdesir. "Duh, uang keluar lagi ini". Tapi karna sudah terlanjur mengatri dengan penuh pengorbanan saya mengikhlaskan lembaran terakhir yang saya punyai. Nasib, nasib. Mo nyari duit musti pake duit juga. Ohh, pak presiden!

Perjuangan saya  belum berakhir disitu, setelah mendapatkan tiket, saya masuk ke ruangan stand para perusahaan. And Voila!! Sesaknya minta ampun, berasa lagi berdesakan di busway ke PGC. Belum lagi untuk berjalan menyusuri stand, lorong2 penuh manusia itu berasa macet di puncak tiap liburan, tidak bergerak, belum lagi bau badan orang2 yang naudzubillah. Setelah memasukkan beberapa lamaran antara sadar dan tidak sadar saya menuju pintu keluar untuk pulang, dan menghirup udara segar kembali.

Dengan tampang lecek dan kening berkerut menahan gerah yang membut emosi saya menuju halte busway, dan kembali dibuat gerah dengan penantian akan sebuah busway. Setelah menunggu lebih dari 15 menit, sang pujaan hati pun datang, Alhamdulillah saya berkesempatan untuk menikmati fasilitas tempat duduk. Untuk sampai ke kosan, setelah perjalanan dengan busway saya harus menyambung dengan angkot jurusan tj Priuk. Angkot pun melaju membawa saya, sejenak saya bisa memejamkan mata yang lelah diperjalanan, sambil berharap pnederitaan ini akan segera berakhir. Ternyata Tuhan belum mengabulkan keinginan saya. Kali ini saya diuji melalui sopir angkot.

Saya tidak terlalu bodoh untuk tidak mengetahui perkmbangan harga di Indonesia. Tapi ternyata sopir angkot (S.A) ini lebih "pintar" dari saya. Tulisan ini akan saya akhiri dengan perdebatan singkat antara saya dengan pak sopir ini

Saya : "memberi uang Rp 5.000, dan menunggu kembalian"

S.A : dari kota kan? 5rbu.

Saya : Lho ? Kan udah turun? (berdsarkan harga pagi dan info TV)

S.A : Lha? Iya, ini ada suratnya 5rbu

Saya : Surat Cinta?? *melambaikan tangan, dan pergi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun