Mohon tunggu...
Ade Aja
Ade Aja Mohon Tunggu... -

Saya seorang yang bercita-cita ingin menjadi penulis dan sedang berusaha mewujudkannya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan di Malam Pertama

11 Januari 2015   09:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kenapa Tuhan menciptakan pemerkosa dan penipu? Saya pikir pencopet, pembunuh, kafir, dan pendosa lainnya sudah cukup memenuhi kapasitas neraka. Seandainya dua profesi jahanam itu tidak ada, hidup saya pasti tidak akan sesial ini.

Empat tahun lalu papa ditipu oleh seorang rekanannya yang akhirnya membuat usaha yang telah dirintisnya bertahun-tahun bangkrut. Setelah itu kehidupan keluarga saya menjadi buruk. Papa mulai sakit-sakitan, badan tegapnya dalam hitungan bulan berubah menjadi seperti sosok lelaki tua yang sering kulihat di depan gang komplek sedang duduk dengan tatapan kosong. Bedanya papa masih belum hilang kewarasannya dan masih sanggup berjalan walaupun sedikit membungkuk. Sekolah saya pun nyaris putus, untung saja saat itu saya masih bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena bantuan salah seorang teman mama. Walaupun pada akhirnya saya hidup sebgai anak kos yang serba kekurangan.

Karena keadaan itu akhirnya mama ikut menjadi tulang punggung keluarga, dari berjualan sampai akhirnya menjadi guru mengaji anak-anak tetangga. Klo dulu kami biasa berkumpul sehabis Isya, sejak mama kerja rutinitas itu tidak pernah dilakukan lagi. Karena mama selalu kelelahan. Kadang aku merasa kasihan melihat mama karena pekerjaannya dan mengurus adik saya yang masih kecil-kecil. Sebenarnya mereka sudah cukup besar untuk mengurus diri sendiri, tp ya karena terbiasa hidup enak, mereka masih manja dan enggan melakukan segala sesuatunya sendiri.

Tapi saya tidak mau kepikiran tentang masalah rumah, saya hanya berkonsentrasi pada kuliah karena saya tidak mau mengecewakan mama dan papa.

Sampai akhirnya pemerkosa itu datang. Dia mengambil masa depan yang telah saya rancang dan saya impikan bertahun-tahun lamanya dalam 5 menit. Lima menit yang menyakitkan. Sampai detik ini saya masih bisa merasakan kesakitan yang diberikan pemerkosa itu. Saya merasakan sesuatu menghantam daerah selangkangan saya. Saya merasakan darah merasuk ke ubun-ubun saya. Setelah itu saya tidak  merasakan apa-apa lagi kecuali bayangan wajah letih mama, papa yang berjalan membungkuk, laki-laki tua di ujung gang, dan wajah polos seorang gadis kecil yang menatap kagum pada sebuah gaun pengantin yang tergantung.

********

Pagi yang tidak bersahabat. Tumben kota ini diguyur hujan. Ada apa gerangan? Apakah Tuhan ingin menghapus dosa yang terus diproduksi di kota ini? Apapun alasannya dan tanpa bermaksud menyalahkan Tuhan, hujan pagi ini menghancurkan semua rencanaku. Karena hujan aku keenakan tidur dan telat ke kampus. Gak ke kampus artinya akan mendekam seharian di kamar sumpek ini. Karena tidak ada haal lain yang bisa kulakukan. Aku bukanlah aktivis kampus yang sibuk rapat dan mendiskusikan masalah negara dan bangsa, atau anak gaul gila nongkrong seperti mahasiswa lain. Duniaku hanya kamar ini dan kampus.

Kuseduh secangkir teh dan mengunyah sepotong roti yang rasanya uda rada sepet, tapi masih baik dikonsumsi sepertinya. Setelah melahap sarapan pagi ini. Ku cek handphone yang dari semalam bergeming. 1 message received. Sebuah nama berikut pesannya muncul di hp ku. Dari Galih.

“ Aku pengen ketemu kamu. Satu jam lagi aku nyampe di kosanmu.”

*******

Setelah pemerkosaan itu saya merasakan dunia saya berubah seratus persen. Ada sesuatu yang berbeda, saya merasa tidak nyaman berhubungan dengan orang lain. Apakah itu sekedar menyapa atau mengobrol. Saya pun mulai menjauhi sahabat-sahabat saya. Kadang ketika sedang sendirian saya menangis sendiri mengingat peristiwa itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun