Ketika kita mengalami sesuatu yang terasa tidak enak, tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan. Terkadang kita sering bertanya, mengapa Tuhan tega “merusak” sesuatu yang sedang kita nikmati. Kita marah saat Tuhan tidak juga mengijinkan kita mendapatkan sesuatu yang sangat kita idam-idamkan. Kita sering berdebat mempertanyakan keputusan Tuhan, tidak jarang pula kita marah. Mempersalahkan dan menuduh Tuhan. Dari perspektif kemampuan daya pikir dan jarak pandang manusia memang demikian, tetapi ketahuilah bahwa pola pikir kita sangat terbatas dan pasti sulit untuk menjangkau apa yang terbaik menurut perspektif Tuhan. Yang Maha Tahu Segalanya.
Tuhan pernah befirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menykai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Aku ingat, sebagai manusia yang beragama, aku punya kitab suci. Dalam kitab suci ku itu, ternyata ada banyak jawaban untuk setiap permasalahan yang aku dapatkan sehari-harinya.
Misal, kenapa aku diuji?
dijawab dalam QS. Al Ankabut 2-3 “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakana:”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Kenapa aku tak mendapat apa yang aku inginkan?
Dalam QS Al Bawarah 216 ” Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Kenapa aku diuji seberat ini?
Di jawab dalam surat Al Baqarah 286, “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”
Aku frustasi, kenapa?
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman” (Al Imran 139)
Bagaimana aku harus menghadapinya
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sholat, dan sesungguhnya sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk. Tiada daya dan upaya kecuali atas pertolongan Allah semata. (Al Baqarah 45)
Kepada siapa aku berharap?
“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal” (At Taubah 129)
Ya, begitulah bagaimana Tuhan ku sudah memberikan pedoman bagaimana menjalani hidup ini. CUma kadang, sebagai manusia, aku selalu saja mengulangi kesalahan sama. Kesalahan untuk memahami Tuhan ku sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI