Mohon tunggu...
Man Abubakar
Man Abubakar Mohon Tunggu... -

Aku menulis untuk mengukir keabadian dan mengekalkan memori kenangan kehidupan. Setiap detik selalu ada pelajaran yang tak terhingga, sayang jika dilewatkan begitu saja..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Senandung Rindu yang Terpendam

29 Maret 2014   11:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:19 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah menjadi Sunnatullah, perjalanan hidup setiap orang pasti berbeda. Meskipun melewati episode kehidupan yang sama, tapi tetap saja selalu ada warna yang tidak sama.  Namun disitulah letak keindahannya. Keindahan yang kemudian berganti menjadi sebuah kenangan yang akan terus kekal dalam memory ingatan kita. Filsuf kehidupan pernah mengatakan "Saat kita menangisi kepergian seseorang, akan ada orang lain yang datang untuk menghapus air mata kita, dan pastinya, lebih baik dari orang yang sudah membuat kita meneteskan air mata".

Yeah, memang sulit rasanya untuk mengukir setiap kenangan dengan untaian kata - kata. Sebab, setiap kisah yang terjadi dalam kehidupan sangat disayangkan jika dilalui tanpa ada coretan. Benar kawan, kekuatan rasa tidak bisa disamakan dengan kekuatan tulisan. Tapi biar bagaimanapun, tulisan bisa sedikit mewakili apa yang kita rasakan. Karena dengan tulisan, kita bisa mengabadikan setiap jengkal perjalanan hidup ini menjadi kisah terindah buat anak cucu kita kelak.

Saat ini saya hanya bisa menuliskan kembali senandung puisi yang pernah ada. Puisi yang mewakili perasaan tentang aku, kamu dan kita. Yang nantinya akan jadi sebuah kisah yang tak terlupakan...

Adalah Aku..

Aku yang terus - terusan berpikir bahwa sedang beruntung,

entah berapa kali lipat,

karena sudah diberi kesempatan untuk merasakan bahagia dengan kamu..



Sering...

Teramat sering sosok aku ini pesimis.

Pesimis jika nantinya bukan aku,

bukan aku sosok yang kamu impikan untuk jadi seorang pendamping.

Pendamping hidup, dan pendamping rentamu nanti.

Pendamping sampai kita kembali ke Ilahi Rabbi..



Entah..

Entah apa yang ada dipikiran kamu tentang aku,

yang mungkin dan sangat mungkin punya banyak kekurangan,

yang sama sekali tidak pantas kamu banggakan..



Aku ini adalah sosok egois,.

Yang sama sekali tidak ada keinginan membagi kamu dengan yang lain.

Panggil aku ini bodoh,

jika memilih hidup bahagia,

tapi tidak dengan kamu..



Aku ini adalah sosok yang ke-kamu-kamu-an.

Yang sama sekali tidak menyesal memperjuangkan segalanya tentang kamu..

Panggil aku ini bodoh,

jika sedang berjuang,

tapi bukan memperjuangkan kamu..



Aku suka skenario Tuhan mempertemukan kita.

Aku di mana, kamu di mana.

Tuhan memang Maha Bisa.

Mendekatkan kita yang awalnya jauh,

tentu bukan hal yang sulit..



Aku suka cara kita melipat jarak.

Aku di mana, kamu di mana.

Jarak itu jelas, ada, dan pekat rasanya.

Tapi hebatnya kita,

sama sekali tidak pernah menganggapnya ada..



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun