Mohon tunggu...
Adek Dwi Oktaviantina
Adek Dwi Oktaviantina Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja kata-kata

seorang pekerja yang hobi memandang dunia dengan cerita dan tutur kata

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pertanian di Masa Depan, Refleksi Masa Kini

7 Juli 2020   13:06 Diperbarui: 7 Juli 2020   13:04 2285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin lama bumi semakin menua. Kualitas tanah pertanian semakin lama semakin menurun karena jenuh mendapatkan pupuk buatan. Pertanian organik semakin menjanjikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang memperhatikan kesehatan sebagai faktor terpenting. 

Makanan organik menjadi lifestyle yang dibutuhkan masyarakat perkotaan untuk mendukung gaya hidup vegan, vegetarian, ketofastosis, dan berbagai gaya hidup diet lainnya. Pertanian masa depan adalah pertanian yang semakin melepaskan diri dari ketergantungan terhadap pupuk buatan yaitu  pertanian organik dan mencerminkan kekinian.

Selama ini, masyarakat mengira bahwa makanan organik terkesan mahal. Sebagai pelaku dunia pertanian, masalah dan kendala harus diatasi.  Kemahalan diduga berasal dari proses pemupukan. 

Pemupukan berasal dari ketersedian sampah organik.  Beberapa komunitas perlu bekerja sama dalam mendukung pertanian organik seperti komunitas pendukung dalam hal pemupukan yaitu komunitas pengolahan sampah sayuran menjadi kompos (decomposing) yang populer di masyarakat urban. 

Pengomposan ini sangat penting karena merupakan bahan utama dalam bertani secara organik. Oleh karena itu, perlu membentuk komunitas pengomposan agar jaminan pupuk yang tersedia secara berkala dan bisa menjamin keberlangsungan pertanian organik serta dengan adanya jaminan keberlangsungan kompos maka harga sayur dan buah organik lebih stabil.

Mesin kompos memang terasa mahal. Namun, jika mesin kompos dibangun bersama-sama dalam sebuah komunitas pasti tidak akan mahal atau dengan menyederhanakan prosesnya dengan kelompok kerja di sebuah RT/RW. Mesin kompos ukuran sedang bisa didistribusikan pada masing-masing RW dalam program penghijauan lingkungan sehingga sampah dapur yang menyesaki  tong-tong sampah bisa berkurang. 

Pengomposan di bidang komunitas ini juga bisa meningkatkan ekonomi komunitas lokal. Kompos olahan itu menjadi bahan utama pada pertanian organik sehingga terjadi kerja sama antara komunitas pengompos dan pertanian organik. Selain itu, dapat pula bekerja sama dengan pemerintah daerah yang telah mengolah sampah menjadi kompos seperti di Bantar Gebang, Bekasi dan Surabaya.

Selain organik, pertanian masa depan adalah pertanian yang berkolaborasi dengan bidang lain seperti bidang pariwisata. Pertanian yang mendukung pariwisata sudah banyak dilakukan oleh petani di daerah pegunungan dan dataran rendah. 

Pertanian di lereng gunung yang dikembangkan menjadi industri wisata seperti pertanian  buah apel di Malang, pertanian buah stroberi di Ciwidey,  kampung cokelat di Blitar, kampung buah Belimbing di Bojonegoro, kampung bunga Anggrek di lereng gunung Kelud, Kediri, dan berbagai jenis  komoditas pertanian lainnya yang akan semakin menjadi investasi pariwisata menarik di masa depan. 

Pertanian dengan tujuan wisata ini juga membutuhkan komunitas petani yang aktif sehingga hasil pertanian bisa tersedia sepanjang musim dan hasil pertanian lebih mudah dipasarkan.

Pada masa yang akan datang, pertanian juga akan semakin mendekat dengan teknologi informasi. Aplikasi pendukung pertanian yang berskala nasional meliputi kegiatan permodalan, pengolahan lahan bersama, dan pemasaran produk pertanian akan menjadi hal yang umum di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun