Perkembangan teknologi semakin berkembang pesat di masa sekarang. Oleh karena itu kita semua bisa mengekspresikan pendapat dan mempermudah untuk menyebarkan informasi dengan cepat. Hal inilah yang memicu kejahatan di dunia maya, misalnya berita hoax.
Arus penyebaran informasi yang cepat menyebabkan para remaja tanpa pikir panjang langsung menyebarkan informasi hoax tersebut kepada khalayak luas lainnya tanpa apakah informasi yang didapatnya benar atau tidak.
Di Indonesia sendiri beberapa remaja memiliki kemampuan untuk mencerna informasi digital secara kritis masih dianggap kurang serta karena adanya online disinhibition effect pada lingkungan digital atau ketidakmampuan menahan diri. Hal tersebutlah yang kemudian menyebabkan dampak negatif, mulai dari seseorang bisa mengutarakan ujaran kebencian hingga tersebarnya berita hoax.
Maka dari itu, dibutuhkan edukasi literasi media digital bagi remaja. Literasi media digital hadir untuk mendidik remaja agar dapat bertindak bijak sebagai pengguna dan pengakses informasi melalui medsos, sehingga dalam bermedsos mereka mampu memberikan nilai positif bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Edukasi literadi media digital harus dimulai dari keluarga dan lingkungn sekolah seperti pendidik. Orangtua dan pendidik harus menjadi ujung terdepan memberikan literasi medsos pada anak. Misalnya, anak remaja diajari untuk menyaring yang akan dibagikannya agar informasi yang dibagikan benar-benar terkonfirmasi.
Di samping itu, orangtua sebaiknya rajin memeriksa perangkat sosial yang dimiliki anak. Jika ditemukan tanda-tanda yang kurang baik, orangtua harus memberi nasihat. Pun sekolah atau pendidikpun perlu meningkatkan pengawasan ketika siswa bermedsos di lingkungan sekolah. Pada intinya kontrol keluarga dan pendidik menjadi sangat penting agar anak khususnya remaja menggunakan medsos dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H