Mohon tunggu...
ade jahran
ade jahran Mohon Tunggu... -

pekerja swasta..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

PELITA - JICA

31 Januari 2012   01:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:15 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

p { margin-bottom: 0.08in; }

Tulisan ini pernah diterbitkan di harian Radar Banten (ADV)

Lesson Study Mulai Diterapkan di Sekolah

Program Lesson Study mulai diterapkan di sejumlah SMP di Kabupaten Serang. Program yang digagas oleh Peningkatan Kualitas SMP/MTs (PELITA) JICA ini perlahan tapi pasti mulai dilirik dan diminati pihak sekolah. Sekolah yang mulai menerapkan program ini antara lain SMPN 1 Ciruas, MTsN Bojonegara, SMPN 1 Kramatwatu, SMPN 1 Anyar, SMPN 2 Kragilan, dan SMP Nurul Fikri.

Sekolah-sekolah tersebut melakukan terobosan dengan harapan program Lesson Study bisa diterapkan di sekolah. Pada pelaksanaannya dihadiri oleh tim PELITA-JICA Prof. Izumi Nishitani yang memantau langsung kegiatan tersebut. Dalam pelaksanaan open class, yang menjadi guru model adalah guru mata pelajaran yang sudah mempersiapkan, mulai dari rencana persiapan pembelajaran (RPP), menggunakan sarana, hingga evaluasi.

Kegiatan pertama kali dilakukan di SMPN 1 Ciruas pada 15 Desember 2011. Para guru mengikuti kegiatan itu dengan antusias. Ada juga Kepala SMPN 1 Ciruas H Tatang Witarsa, M.Pd dan Elis Yulaeti, M.Pd Kasi Kurikulum Dinas Pendidikan Kabupaten Serang. Siswa yang ada juga tampak mengikuti pembelajaran dengan baik.

Selaku guru model adalah Eem Watmi, guru mata pelajaran matematika. Guru model menggunakan alat peraga berupa infocus untuk menerangkan mata pelajaran tentang diagram. Sementara sejumlah guru dan tim dari JICA bertindak sebagai observer yang akan memberikan. hasil observasinya terhadap ekspresi siswa dalam menerima pembelajaran.

Guru model memulai pembelajaran dengan melakukan doa bersama yang dipimpin ketua kelas. Kemudian menanyakan siapa saja yang tak masuk kelas. Di kelas itu dibagi sejumlah kelompok. Setiap kelompok ada enam orang. Karena posisi bangku dan meja kelompok persegi empat maka ketika guru model menjelaskan banyak siswa yang harus lama-lama menengok ke depan. Tak jarang siswa yang harus nengok ke belakang untuk melihat guru menjelaskan materi ajar. Ekspresi siswa dalam pembelajaran tersebut yang menjadi sorotan observer ketika melakukan sesi refleksi.

Prof Izumi Nishitani mengatakan, pada dasarnya Lesson Study ini sangat bagus diterapkan di sekolah karenaguru model mendapatkan masukan tentang hambatan siswa dalam belajar dari para observer. Guru akan memperbaiki cara mengajaranya sehingga sedikit demi sedikit dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun