Mohon tunggu...
Irman Triharyanto
Irman Triharyanto Mohon Tunggu... Arsitek - Arsitek

simpel2 aja, gak mau ribet, sedikit romantis dan melankolis. Mencoba menghadirkan nostalgia masa lalu melalui tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Paseduluran Sak Lawase"

15 September 2018   22:03 Diperbarui: 17 September 2018   09:43 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pasti bukan hanya saya yang merasakan bahwa masa SMA itu masa penuh kenangan.

Pasti hampir sebagian besar yang pernah bersekolah di Muhi antara tahun 1990 - 1993 masih merasakan libur sekolah pada hari Jumat, dan Kamis malam adalah salah satu malam yang paling ditunggu-tunggu. Entah itu hanya sekedar ingin pulang ke rumahnya (yang rumahnya dekat, seperti di Bantul, Purworejo, Klaten, Solo, Muntilan dll), atau ada juga yang memang sudah ada janji kencan dengan seseorang yang istimewa. 

Dan mungkin sebagian besar juga teringat masa-masa ketika makan soto Pak Kardi dengan mendoannya yang sangat digandrungi siswa Muhi, bukan karena rasanya yang enak, tetapi lebih karena harganya yang relatif murah (hanya 500 rupiah saja per porsinya), walaupun dengan harga yang segitu saja masih banyak yang katanya ngakunya makan satu padahal makan dua porsi dan sebagainya. 😁

Pasti ada juga yang teringat masa-masa main kucing-kucingan dengan Pak Syukri - salah satu wakil kepala sekolah yang oaking ditakuti saat itu, atau teringat masa ketika di salah satu mata pelajaran agama (tauhid, tarikh, bahasa arab, kemuhammadiyahan, akhlaq, Al Quran, fikih), ada yang pamit ke toilet tapi tidak kembali ke dalam kelas sampai pelajaran selesai, malah nongkrong di kantin.

Masa SMA di Muhi juga sangat berkesan bagi saya karena keakraban antar siswa yang luarbiasa, hampir tidak ada gan antara kelas 1, 2 dan 3. Kami bergabung layaknya sudah saling kenal, walaupun bagi yang kelas lebih rendah pasti tetap ada rasa hormat kepada kakak kelasnya. Belum lagi hubungan dengan guru yang seperti teman, tidak ada batasan yang kaku seperti layaknya guru dan murid, membuat suasana belajar mengajar sangat kondusif dan cenderung menyenangkan, walau kadang-kadang ada juga siswa yang bercanda diluar batas kesopanan, tapi itu hanya beberapa orang saja.

Teringat juga ketika mengalami masa-masa pubertas, ketika suka dengan lawan jenis. Ada beberapa nama yang sempat saya suka waktu itu, tapi hanya beberapa yang benar-benar berkesan. Ada Naeli, gadis pertama di Muhi yang bisa membuat saya serius untuk berhubungan dengan lawan jenis serta jatuh cinta dan mampu membuat keberanian saya muncul untuk menyatakan  perasaan yang saya punya kepadanya....walaupun tidak diterima. Tapi disitu saya belajar bagaimana memperlakukan seorang wanita. Dan ada beberapa lagi teman wanita yang sempat dekat dangan saya, walaupun yang "resmi" hanya satu orang saja. .

Pertemanan dan persahabatan di Muhi tidak hanya terbatas teman sekelas, teman seangkatan ataupun teman satu sekolah. Ada beberapa kakak kelas yang cukup dekat dengan saya dan sering jadi tempat saya meminjam kendaraan ketika saya butuh untuk sekedar membeli makan malam atau mengajak kencan seorang gadis. Adib si bos dari Klaten, Rully dari Cepu, Harry si anak Palembang, Arief dan Zahroni si jenius dari Tegal, ada Mas Heru dari Lombok, Dwi dari Cepu, Didin ngapak si anak Kebumen, ada juga mbak Indah from mBrebes, mbak Imah dari Kalimantan, anak-anak bu Kirman, sebut saja mbak Vetty, mbak Wien dan favorit saya mbak Peni yang selalu ceria dan  masih banyak lainnya.

Saya teringat juga beberapa teman dekat saya, yang bahkan lebih seperti saudara, seperti Gardana, Fatah, Ratna, Mbak Vi, Noverliana, Adis, Andhi, Dedhi Dupong, Yayan, Novrizon, Choki, Dian JK, Syamsu, Wahyu, Faiz, Amin, Agung Ibo, Doni Maulana, Baiti, Nana, Ida, Selvi, Ade Ivana, Yanti dan masih banyak lagi yang tidak mungkin saya sebutkan disini. 

Jujur, saya senang bangga bisa berkenalan dengan teman-teman di Muhi semuanya. Saya banyak belajar tentang hidup dan kehidupan dari mereka semua. 3 tahun masa bersekolah di Muhi membuat saya yang tadinya anak mami - karena anak paling kecil di rumah - menjadi seseorang yang kata teman-teman, lebih dewasa. Alhamdulillah.

Dan akhirnya....ketika pertemanan dan persahabatan yang tulus dari jaman SMA bertemu kembali setelah sekian lama tidak berjumpa, tidak banyak kata yang bisa diucapkan selain hanya rasa rindu yang membuncah dan rasa yang mungkin tak ingin dipisahkan untuk sesaat. Semua menjadi satu ketika kami dipertemukan kembali dalam satu acara Reuni Perak Muhi93, Paseduluran Sak Lawase. 

Begitu banyak ekspresi kerinduan yang terpancar, walau mungkin tak bisa dipuaskan saat itu, tapi momen acara tersebut benar-benar dinantikan oleh semua peserta pada hari itu. Hanya ucapan kata Alhamdulillah dan rasa haru bercampur senang yang bisa saya dan teman lainnya rasakan. Ya Allah, kami semua bersyukur masih dapat dipertemukan kembali dalam acara yang benar-benar bisa membuat kami serasa menjadi anak muda lagi dan kembali ke masa SMA dulu, saat masih bersekolah di SMA Muhammadiyah I Yogyakarta. Semoga pertemanan dan persahabatan kami terus langgeng dan tak lekang oleh waktu. Paseduluran Sak Lawase. Persaudaraan Selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun