guru penggerak merasa puas setelah menjadi kepala satuan pendidikan? Mengapa masih memilih menjadi Pengajar praktik? Jawabannya pasti belum puas. Menjadi kepala sekolah bukan akhir dari sebuah proses menguatkan diri agar selalu tergerak, bergerak dan menggerakkan. Andai dedikasi, kinerja dan pengabdian kami para lulusan guru penggerak masih dibutuhkan untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Kami siap menyingsingkan lengan baju untuk ikut mengambil peran.Â
Apakah para lulusanSetelah menjadi kepala sekolah ternyata masih banyak yang harus dibenahi agar sekolah bisa menjadi ekosistem belajar yang aman, nyaman, menyenangkan melalui program sekolah sehat dan ramah anak. Untuk mewujudkannya perlu didesain program yang berpusat pada murid dengan pelibatan guru untuk meningkatkan profesionalisme melalui kegiatan kolegial di sekolah maupun keterlibatan komunitas. Salah satu langkah nyata dengan menjadi teman para Calon Guru Penggerak (CGP). Bisa menemani CGP hebat menjadi kebanggaan dan sebuah pencapaian hasil berproses melewati berbagai tahapan seleksi. Tujuannya agar bisa menggali ide-ide baru dari guru muda dan saling melengkapi dalam pengalaman, pemahaman dan pengetahuan.
Guru pilihan yang bergelar menjadi CGP perlu dibersamai agar mampu menuntaskan pendidikan guru penggerak dengan lancar dan tepat waktu. Mereka perlu disemangati, ditemani dan didampingi selama lokakarya, pendampingan individu maupun saat menyelesaikan berbagai tugas di LMS. Sehingga mereka memerlukan pendamping yang pernah mengalaminya sehingga muncul empati dan kesadaran untuk saling memberi dukungan.
Saya pun pernah mengalaminya tatkala menyelesaikan CGP. Setelah berproses selama 9 bulan dan sekarang jadi kepala sekolah, apakah diam? Ternyata kurang tepat jika lulusan guru penggerak masih terlena dalam kebahagiaan. Diri harus terus dipacu untuk berkenalan dengan tantangan demi tantangan. Satu tantangan terlewati, rasanya masih ada tantangan lain yakni menjadi Pengajar Praktik.
Soal usia, diakui tidak muda lagi. Saya yakin dengan pengalaman mengajar hampir 28 tahun menjadi sebuah kebanggaan. Hal ini dikarenakan guru muda belum pernah merasakan usia 50 tahun, tetapi saya pernah menikmati indahnya menjadi guru saat usia 42 tahun. Bukankah saya lebih hebat?Â
Sudahlah, setiap guru memiliki masanya. Setiap guru memiliki zamannya. Sebaiknya jangan dibanding-bandingkan. Saya menyadari sepenuh hati bahwa guru muda sekarang apalagi yang terpilih menjadi CGP Angkatan 9, pasti bertalenta luar biasa. Kemampuan IT nya mumpuni, kemampuan literasi nya pasti keren, kemampuan menghadapi tantangan tak diragukan lagi. Lantas mengapa saya berani mengambil keputusan jadi Pengajar Praktik?
Ada hal yang menguatkan saya sehingga memilih menjadi Pengajar Praktik, yakni karena saya ingin:
1. Berbagi praktek baik pembelajaran. Selama menjadi guru mengalami tantangan yang diselesaikan dengan cara yang sekiranya bisa didiseminasikan. Siapa tahu masih relevan dengan masalah pembelajaran saat ini. Terkadang di lapangan memerlukan kearifan dan kematangan emosional dan sosial. Melalui pendampingan diharapkan CGP akan semakin siap menjadi agen pembelajaran mumpuni yang bisa mengkolaborasikan teori belajar baru yang berpusat pada murid serta memerdekakan. Pada akhirnya merdeka belajar dengan siswa berkarakter profil pelajar Pancasila bisa diwujudkan.
2. Mendampingi para guru muda yang jadi Calon Guru Penggerak selama berproses menjalani PGP selama 6 bulan. Karena dalam proses PGP ada kegiatan pembelajaran mandiri juga kegiatan kolaboratif. Perjalanan panjang jangan dianggap halangan tetapi jadikan tantangan untuk menempa diri. Jangan khawatir CGP tidak sendiri, ada PP yang mendampingi. Agar proses belajar yang dijalani sesuai dengan target yang ingin dicapai serta kompetensi CGP semakin meningkat.
3. Memotivasi dan menggali potensi CGP sehingga mampu bertransformasi menjadi calon pemimpin pembelajaran masa depan. Setiap proses dijadikan ikhtiar untuk menjadikan diri lebih baik lagi dalam kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Jangan menyerah sebab semua bisa dilalui. Kecerdasan hanya berkontribusi 2% saja, yang dominan 80% nya dari motivasi intrinsik untuk "jangan menyerah"Â
4. Berkolaborasi membangun sepemahaman untuk peningkatan pembelajaran. Dengan sering berbagi dan berkomunikasi efektif dan inten dengan memanfaatkan ruang kolaborasi baik bersama aktor pendukung maupun dengan sesama CGP saya yakin akan menambah pengetahuan dan pengalaman. Memetik ilmu dari CGP, memberikan pengalaman yang saya miliki agar saling melengkapi untuk berbagi praktik baik demi peningkatan kualitas pembelajaran.