anak ke jenjang Perguruan Tinggi memerlukan literasi keuangan yang matang. Langkah demi langkah harus diperhitungkan sedetail mungkin. Berbagai pertimbangan dikumpulkan sehingga memungkinkan menjadi pilihan yang bisa berdamai dengan kemampuan.Â
MengantarkanApalagi dengan status sebagai guru Sekolah Dasar dan suami PNS biasa dengan dianugerahi tiga anak membutuhkan perancangan sedini mungkin saat menyekolahkan. Orang tua berharap anak-anak seluruhnya bisa menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.Â
Beruntung kami berlatar belakang pola asuh frugal living. Dengan membiasakan membuat skala prioritas saat menentukan pilihan dari 2 keinginan. Hal ini menjadi modal awal untuk memilih kebutuhan daripada keinginan. Sebagai manusia kami juga ingin seperti mereka yang suka baju, tas dan sepatu bermerk. Setiap pekan melakukan travelling ke tempat healing. Bahkan menjajal kuliner di setiap ada menu yang viral.
Hanya saja dibelakang itu, selalu ada beberapa kalkulasi budget yang mempertimbangkan jadwal pembayaran UKT anak-anak yang sedang kuliah di tiga perguruan tinggi yang berbeda. Dipendam semua keinginan karena harus diperhitungkan pada sejumlah dana yang dikeluarkan. Apalagi kalau mendekati bulan Agustus dan Januari, maka harus pandai memutar otak mengumpulkan pundi-pundi uang tambahan.
Siasat yang dilakukan agar biaya Menguliahkan lancar jaya dengan menyimpan hasil frugal living yang kami jalani. Siasatnya berupa:
1. Membeli aset tetap berupa tanah. Pola frugal living kami terapkan sejak awal menikah, sehingga tatkala  anak-anak masih kecil kami sudah bisa membeli sebidang tanah yang lambat laun dibuatkan menjadi kontrakan. Hasilnya kami simpan sebagai bekal sekolah mereka. Terkadang kami kasihan juga kepada anak-anak yang jarang diajak nonton, berlibur atau kuliner di restoran mewah. Kami benar-benar menerapkan frugal living demi masa depan.
2. Menyisihkan sebagian uang di rekening. Kami berkomitmen ada 20% dari penghasilan tiap bulan yang diendapkan. Sehingga ketika saatnya membayar UKT sudah ada sebagian dana simpanan sisanya tinggal mencari tambahan.
3. Mengurangi durasi piknik hanya disiapkan setahun sekali. Berlibur dengan lima anggota keluarga perlu direncanakan biaya akomodasi dan mobilisasi. Pada akhirnya kami menikmati kebutuhan sekunder tersebut setahun sekali sekalian bersilaturahmi saat hari raya Idul Fitri.
4. Memprioritaskan pada hal urgen saja. Mengencangkan tali pinggang sehingga tidak menghamburkan uang. Kami bukan pelit tapi berusaha memanajemen hati agar mampu mengekang nafsu membeli barang yang hanya berdasarkan keinginan.
5. Memaksimalkan moda transfortasi umum untuk bepergian. Untuk bepergian kami lebih sering menggunakan moda transfortasi umum seperti bis atau kereta api. Kami tidak gengsi tetapi menikmati karena terbiasa dengan frugal living yang sudah dijalani. Kuliah atau berangkat kerja dengan menggunakan bis atau kereta api menjadi kebiasaan yang dinikmati dan disyukuri prosesnya.
Tidak perlu malu dan takut jika anda menerapkan frugal living. Sebaliknya harus berbangga karena telah memasang fondasi kuat untuk penanaman karakter generasi berikutnya. Bukankah pola asuh akan diwariskan? Anda tidak sendirian, kami sudah menerapkan strategi tersebut dan berhasil mengantarkan ketiga anak menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
Yuk, mencoba menerapkan frugal living agar Menguliahkan anak lancar jaya.
KBB, 09-08-2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H