Saya menjadi guru SD sejak tahun 1995. Awal mengajar ditempatkan di sekolah di lain kabupaten tetapi masih di kabupaten Bandung Barat. Jika dirunut sudah 27 tahun menikmatinya. Selama waktu bergulir banyak suka dan duka yang dialami. Banyak kisah ditorehkan berwujud prestasi dan hasil karya yang menjadi jejak diri untuk diwarisi kepada generasi mendatang dengan panggilan jiwa untuk berprofesi menjadi guru.
Pesan yang disampaikan, tak perlu gengsi menjadi guru SD, fokus saja pada upaya menjadi sosok yang digugu dan ditiru. Dengan memberikan nilai-nilai, berupaya mengimplementasikan semboyan dari Ki Hajar Dewantara berupa: ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Sehingga pada saat menikmati rangkaian perjalanan hidup selalu dibarengi dengan langkah refleksi serta selalu berupaya melakukan adaptasi agar diri layak dan menginspirasi anak-anak juga rekan sejawat.Â
Saya meyakini, menjadi keharusan bagi guru SD yang menjadi tombak terdepan di bidang pendidikan harus adaptif terhadap perkembangan dan perubahan. Sebab apa yang diajarkan masa kini belum tentu sejalan dengan kenyataan di masa mendatang yang berubah cepat seiring pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang tak terbendung. Apalagi hasil belajar yang diperoleh di jenjang SD menjadi prasyarat menguasai materi di jenjang berikutnya.Â
Usia yang tidak muda, bukan halangan untuk berusaha melakukan hal positif yang berkontribusi pada peningkatan kualifikasi dan kompetensi. Banyak cara yang bisa ditempuh, tetapi tidak salah jika bertekad terus belajar sepanjang hayat. Bagi yang suka belajar, teruslah berusaha dengan menyelesaikan studi sampai jenjang tertinggi. Saya membuktikan menjadi pembelajar sepanjang hayat, dengan lulus pada jenjang SD, SMP, SPG di kota Tasikmalaya, kemudian D2, S1, S2, S3 dituntaskan di Kota Bandung. Semua atas izin Alloh SWT, doa kedua orang tua, serta support dari keluarga terutama suami serta dukungan berbagai pihak.
Saya mengakui selama menempuh studi S3, banyak tantangan. Masa kuliah yang cenderung panjang, kondisi fisik dengan usia yang tidak muda lagi, penataan finansial yang harus berbagi dengan ketiga anak yang bersamaan sedang menempuh studi di Perguruan Tinggi, menjadi ajang pertaruhan ketangguhan diri ketika menyikapi peluang dan melampaui tantangan.
Saya harus jadi inspirator bagi ketiga anak dan bagi siswa, dengan memanajemen diri agar terus termotivasi, dikuatkan dan menyemangati jangan sampai mimpi-mimpi luluh di persimpangan jalan sebelum jadi kenyataan.Â
Pada diri mereka harus ditumbuhkan sikap:
- Percaya diri, menjadi kata kunci untuk bergerak memulai hal baru yang menurut analisa akan berkontribusi di masa yang akan datang. Yakin dengan apa yang dilakukan menjadi awal sukses di masa depan. Sikap percaya diri perlu dibarengi dengan kemampuan akademis dan teknis. Berupaya menggali potensi dengan mengenali apa yang bisa dilakukan saat ini dengan tidak menunda waktu.
- Pantang menyerah, menjadi karakter baik yang perlu dimiliki oleh siswa. Banyak cara yang bisa dilakukan agar mereka bersikap pantang menyerah. Memberikan banyak kesempatan untuk mencoba dan menggali hal baru yang memungkinkan bisa dikembangkan. Diperlukan sokongan dan dukungan dari orang tua, guru, teman sebaya serta lingkungan yang kondusif yang memupuk bertumbuhnya sikap terus berusaha dan mencoba. Seandainya menghadapi kegagalan tidak berlarut dalam kesedihan tetapi menjadi pemantik untuk mencoba lagi. Mengalami kegagalan berarti mendapatkan seribu jalan menggapai sukses di masa mendatang.
- Disiplin, berkaitan dengan cara seseorang mengelola dirinya untuk konsisten dan konsekuen pada hal yang sudah dijadwalkan. Tidak ada istilah mengulur waktu, karena jika mengabaikan satu hal akan ada konsekuensinya dimana pekerjaan akan bertumpuk dan bertambah. Jika dibiarkan akan menghambat pada penyelesaian tugas berikutnya. Disiplin menjadi wadah bagaimana bisa berdamai dengan keegoisan diri agar melakukan penyesuaian dengan situasi dan kondisi.
- Bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban menjadi hal yang mutlak perlu dimiliki. Komitmen dan kesanggupan yang menjadi kesepakatan dalam melakukan serangkaian tugas menjadi ajang sejauhmana diri berani berbuat dan sanggup memikul akibatnya. Agar berlangsung sesuai target awal maka perlu dikembangkan sikap bekerja sebaik-baiknya.Â
- Bekerja Keras melampaui tantangan dan hambatan. Sehingga bisa memanfaatkan peluang yang datang sebaik-baiknya. Terkadang peluang yang dimiliki tidak muncul dua kali. Berusaha dengan mengoptimalkan potensi pada saat menyelesaikan sebuah tantangan. Melakukan setiap pekerjaan yang menjadi tanggungjawab dengan tekun, serius, hati-hati dan teliti menjadi hal penting yang harus dikuasai sebagai pembuktian bahwa diri menjadi pekerja keras yang ulet dalam menggapai cita-cita.
- Positif thinking. Menjadikan setiap aktivitas yang dijalani bernilai kebaikan dan ada manfaat yang bisa diraih oleh diri menjadi awal pemicu motivasi agar tetap terjaga. Memiliki sikap berbaik sangka menjadikan diri semakin tangguh dalam pengendalian diri. Pada akhirnya tidak akan mudah terprovokasi oleh hal yang secara logika tidak relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan.Â
Diperlukan upaya melalui pembiasaan dan bimbingan yang terprogram dan direncanakan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam bentuk layanan kurikuler, intrakurikuler, dan ekstrakurikuler agar sikap-sikap tersebut terinternalisasi dan menjadi budaya positif pada diri siswa. Tugas inilah yang diemban oleh sosok guru SD sebagai garda terdepan dalam memajukan pendidikan.
Semoga bermanfaat.
KBB, 26082022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H