Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Napas yang Terbakar

14 Oktober 2020   17:50 Diperbarui: 14 Oktober 2020   17:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dok. pribadi


Pagi menggigil. Sarat embun bergelayut. Malas dan berat. Melangkah menyusuri jalan hitam. Berselimut jaket tebal. Merenggut. Badan remuk redam. Didera angin dingin semalaman.

Enggan beranjak. Linu menebar di sekujur badan. Menghempas raga ringkih dengan sisa lembab semalam. Di antara gerimis dan angin menusuk. Badan teronggok di sela kursi tunggu ruang gawat darurat.

Berteman nyamuk dan desah dedaunan yang terdengar nyaring. Mengantarkan tetesan selang infus yang bergerak perlahan. Tetesan terdengar nyaring bergulir.

Tak, tak, tak, membakar rongga dada.  Alunan napas bagai terbakar. Sesak, sesak, menyesakkan. Besok bakar lagi saja tungku perapian di antara dua jemari. Membakar napas tanpa ada usaha menghentikan.

Bandung Barat, 14 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun