Sudah menjadi kebiasaan umum saban bulan Sya'ban, banyak digelar kegiatan-kegiatan religius. Salah satunya puasa dan Nisfu Sya'ban. Sebagaimana Rajab, di bulan ini juga banyak kelebihan diberikan bagi setiap insan yang merindukan berkah dari Allah. Rajab dan Sya'ban terlihat seolah-olah bagaikan masa sekolah persiapan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Dalam suatu riwayat dari Imam Ali kw berkata, Rasulullah saw bersabda, "Jika tiba malam Nisfu Sya'ban, maka hendaklah bangun pada malam harinya dan berpuasa pada siang harinya. Sungguh Allah swt menurunkan malaikatnya ke langit dunia pada malamnya setelah terbnamnya matahari, lalu Allah berkata: Barangsiapa yang memohon keampunan pada-Ku, maka Aku akan mengampunkannya. Barangsiapa yang memohon rejeki dari-Ku, maka Aku akan memberikannya rejeki. Barangsiapa yang sedang dalam musibah, maka Aku akan melepaskannya. Barangsiapa yang demikian,… Barang siapa yang demikian,… sehingga terbitnya fajar." (HR Ibnu Majah). Malam Nisfu Sya'ban seakan-akan malam yang sangat spesial kedua setelah malam Lailatul Qadr. Pada malam ini, masyarakat muslim berlomba-lomba membuka pintu langit dengan beragam cara. Yang paling masyhur di tanah air kita adalah yasinan, tahlil, shalawat, shalat, dan sebagainya. Hampir serentak di semua masjid di Indonesia, menjelang maghrib, berduyun-duyun manusia masuk ke masjid-masjid terdekat seolah tak ingin kehilangan momen ini. Beberapa di antara mereka membawa botol-botol yang berisikan air mineral. Selepas shalat maghrib berjamaah, suasana menjadi semakin khidmat. Botol-botol mineral dilepaskan tutupnya dan diletakkan di depan atau di tengah jamaah. Seorang tetua ilmu memimpin yasinan. Pertama kali mereka membacakan Alfatihah agar kelancaran dan keberkahan Nisfu Sya'ban, kepada Rasulullah beserta keluarga dan shahabatnya, kepada orang tua dan kaum muslimin yang telah mendahului. Kemudian dimulailah pembacaan 3 yasin itu. Masing-masing diniatkan diperpanjang umur, dijauhkan dari musibah, dan diberi rizki (maaf lupa urutannya). Kemudian dilanjutkan dengan tahlil dan ditutup doa. Di sebagian wilayah Indonesia diramaikan pula dengan Dibaan (sebuah kegiatan shalawat dengan membaca Kitab Maulid Dhiba, dikarang oleh Al-Hafiz Wajihuddin Abdul Rahman bin Ali bin Muhammad al-Syaibani al-Yamani al-Zabidi al-Syafie, Muharram 866H-944H). Selepas acara, air mineral itu mereka minum atau pun mereka bawa kembali ke rumah, dibagikan kepada sanak saudara ataupun kepada orang yang sedang menderita penyakit dan musibah. Di Suryalaya, dilaksanakan shalat 100 rakaat. Mereka menyebutnya Shalat Sunat Nisfu Sya'ban. Berangkat dari keteguhan bahwa pada malam ini, ditutuplah "Buku Catatan Perjalanan Hidup" setiap manusia. Dan akan dibuka lembaran buku baru untuk tahun yang akan datang. Timbulah pengharapan akhir dan awal dari lembaran buku catatan hidup diisi dengan amal kebaikan. Salah satunya adalah dengan melaksanakan Shalat sunat Nisfu Sya'ban. Shalat ini sebanyak 100 rakaat, 1000 qulhuwalloohu ahad. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak lama. Tokoh terkemuka Suryalaya, Abah Anom, membuat maklumat mengenai shalat ini yang ditandatangani pada 1 Juni 1982. Maka menghidupkan malam Nisfu Sya’ban secara berjamaah ataupun secara bersendirian sebagaimana sifat yang masyhur dikalangan orang ramai dan selainnya adalah perkara yang disyariatkan dan tidaklah menjadi bid’ah dan tidaklah menjadi makruh dengan syarat tidak menjadikan amalan tersebut sebagai suatu kemestian dan kewajiban. Tahun ini, malam Nisfu Sya'ban akan hadir pada hari Senin, 26 Juli 2010, malam Selasa. Maka, jemputlah malam itu dengan penuh keriangan dan pengharapan. Semoga Allah swt memerkahi kita. Keep rockin'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H