Kasus gagal ginjal akut bukan hanya diderita oleh orang tua atau dewasa, bahkan di semua kalangan usia termasuk usia bayi dan balita.Â
Kasus gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak usia 6 bulan-18 tahun terjadi peningkatan terutama dalam dua bulan terakhir. Per tanggal 18 Oktober 2022 sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia 1-5 tahun.
Dikutip dari kompas.com dalam berita yang rilis pada 21 Oktober 2022 pukul 07.55 WIB. Berdasar catatan terbaru, sebanyak 71 anak di Ibu Kota terjangkit gangguan ginjal akut. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, dari 71 anak itu, 40 anak di antaranya meninggal dunia.
Sebagai seorang ibu yang memiliki anak balita, beredarnya berita dan fenomena tentang gagal ginjal akut misterius yang menyerang anak dan balita ini membuat saya dan tentunya para orangtua di luaran sana merasa khawatir dan "kepikiran".Â
Berbagai video di media sosial dengan jumlah likes serta viewers cukup banyak memperlihatkan seorang ibu mengumpulkan seluruh stok obat-obatan syrup untuk anaknya di rumah lalu dibuang begitu saja ke kotak sampah bersamaan dengan viralnya kasus gagal ginjal akut anak yang diduga disebabkan oleh cemaran zat berbahaya dalam obat-obatan syrup sungguh mencuri perhatian saya.
Karena bagi saya pribadi saat anak demam, saya juga memberikan obat-obatan penurun demam dalam bentuk syrup dengan dosis tepat kepada anak saya sesuai dengan pengetahuan dan kompetensi sebagai seorang perawat.Â
Hal inilah yang membawa saya untuk membahas fenomena stok obat-obatan syrup di kalangan orangtua yang memiliki balita berdasarkan pengamatan saya selama menjadi tenaga kesehatan.Â
Mengapa yang distok justru dalam bentuk syrup?Â
Karena sediaan obat untuk bayi, balita dan anak yang dijual bebas di pasaran paling banyak adalah dalam bentuk syrup. Adapun fenomena ini menurut saya terjadi karena:
1. Mudah dan cepat didapat tanpa resepÂ