Aku pernah memintamu pada Tuhanku. Mendekapmu melalui rangkaian doa yang terlanjur fasih kuucapkan tiap hari berganti hari. Soal jarak yang membetang dari hujung ke hujung adalah suratku padamu.Â
Mengiyakan semua mungkin padahal merasa tak ingin. Memungut butir-butir harapan pada setiap nirwana yang mengusir.Â
Aku mau mencintaimu seperti rotasi bumi. Tak peduli bagaimana senja selalu berakhir dengan malam, datangnya pagi tetaplah harapan. Mungkinkah namamu sudah ditulis Sang Kuasa di buku takdirku ?
Nanti kita pisahkan saja rasa obsesi dan cinta, jangan dulu menerbangkan sepasang merpati putih kalau tak tahu caranya untuk tetap bersama di angkasa nun luas ini.
Aku tak ingin mencintaimu dengan kehendak sendiri. Memaksa perasaan dan melukai hubungan atau menghadirkan kehilangan tanpa memiliki dan berakhir berpisah tanpa pernah bersatu.Â
Jakarta, Juli 2020