Semuanya penuh ketidakpastian. Memang politik adalah sesuatu yang tidak pasti. Dunia yang mengidap berbagai kemungkinan. Dunia sim salabim. Bahkan seorang kawan pernah mengatakan: dunia politik adalah dunia dimana petruk bisa jadi raja, dan raja bisa jadi petruk.
Ungkapan ini berasal dari salah satu judul lakon pewayangan yang judulnya persis sama kalau dalam Indonesia. Kalau dalam Jawanya: Petruk dadi Ratu. Yang lakonnya menceritakan kekacauan ketika Petruk menjadi raja. Jadi raja karena jelmaan. Tanpa melalui proses. Instan.
Tentu kita masih ingat ketika kita kecil, di tahun 80-an, ada acara televisi, dan stasiun televisi itu cuma satu-satunya yaitu TVRI, ada acara yang berjudul Ria Jenaka. Dan itu ditayangkan TVRI setiap minggu pagi. Romantisme yang sangat manis bila mengenang masa-masa kecil. Ria Jenaka menceritakan lelucon-lelucon yang terjadi antara: Semar, Gareng, Bagong, dan tentu saja: Petruk.
Petruk adalah tokoh pewayangan dalam wayang Jawa. Tokoh Petruk ini tidak kita temui dalam kitab Mahabrata. Karena dia adalah hasil kreasi asli masyarakat Jawa. Petruk salah satu dari beberapa punakawan. Dan punakawan pun hanya ada di  wayang Jawa. Tidak ada cerita tentang punakawan dalam Mahabrata atau Ramayana.
Tahu artinya punakawan? Punakawan adalah sejenis profesi penghibur. Bisa saja dia: Badut, tukang lawak, atau tukang stand up comedy. Bahkan: seorang artis bisa dikategorikan sebagai punakawan. Ya, punakawan yang bernama Petruk itu menjadi raja. Dengan cepat kita bisa melihat, ternyata pola ini berulang di zaman now. Pola itu bernama: Petruk jadi raja.
Salam Dari Benteng Betawi
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H