Dalam satu kesempatan nongkrong bareng, saya pernah bertanya pada Om Yok.
"Om, apa rahasianya supaya hati senang walaupun tak punya uang?"
Om Yok bukannya menjawab malah tersenyum saja.
Mungkin kita tahu, pertanyaan saya itu diambil dari salah satu penggalan syair  lagu Koes Plus yang berjudul Bujangan. Om Yok adalah salah satu personil grup Legendaris itu. Lengkapnya: Yok Koeswoyo.
Jadi, menurut lagu itu, yang namanya bujangan bawaannya akan asyik terus. Kemana-mana bebas. Tidak ada yang melarang. Â Apapun bisa dilakukan. Bahkan kalau tak punya uang pun hati tetap senang. Â Karena belum ada kewajiban untuk mencari penghidupan, baik untuk dirinya sendiri apalagi untuk keluarga. Kalau ingin atau butuh sesuatu tinggal minta ke orang tua. Gampang kan?
Situasi pun akan berbeda ketika kita sudah tak lagi bujangan. Ketika kita berumah tangga. Mempunyai istri. Kemudian mempunyai anak.  Kewajiban sebagai seorang suami dan ayah tak terelakan lagi harus dipenuhi.  Hati senang walaupun tak punya uang  seperti ungkapan utopia. Hanya ada di atas awan biru sana. Tak terjangkau.
Karena pondasi dalam mengarungi kehidupan berkeluarga faktor penopangnya adalah ekonomi. Atau: Uang.
Kesenangan dan Uang. Uang dan kesenangan. Dua sisi dari satu mata uang yang sama. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Benar seperti yang orang katakan: Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang.
Dalam kehidupan yang segala dan semua diukur oleh uang, kita tidak bisa menafikan hal itu. Ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang. Bahkan, konon, katanya ada salah satu hadits yang bunyinya: Kefakiran mendekatkan seseorang kepada kekafiran.  Saya tidak tahu hadits ini  shahih atau tidak. Artinya, orang yang beragama pun tak lepas dari uang.
Dan kalau kita telisik lebih jauh lagi, rukun islam yang kelima, berhaji, itu disyaratkan bagi orang yang mampu saja. Orang yang mempunyai uang. Jadi, kalau orang yang tidak punya uang tidak akan lengkap rukun Islamnya.
Hati senang walaupun tak punya uang mungkin berlaku bagi sang bujangan saja. Tapi itu juga dengan catatan bujangan yang orang tuanya ada kecukupan secara ekonomi. Kalau tidak, ya tetap saja. Hati tak akan senang kalau tak punya uang. Si bujangan pun akan tetap susah.