Buku “On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or the Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life” Karangan Charles Darwin adalah beberapa diantara buku yang jarang dibaca orang tetapi banyak ditentang. Konon katanya Darwin pernah mengatakan bahwa Manusia keturunan dari monyet. Ini pernyataan paling kontroversial yang banyak mendatangkan hujatan. Berangkat dari kenyataan seperti ini, saya mencoba menelisik lebih dalam.
Saya baca ulang buku itu. Saya buka lembar demi lembar. Sengaja kecepatan membaca saya perlambat. Berharap menemukan pernyataan itu. Dan anehnya sampai lembaran terakhir, tak satu pun ada pernyataan yang dimaksud. Nah, dimana landasan orang bisa berpendapat seperti itu. Menghakimi tanpa membaca. Apalagi mempelajarinya. Sungguh sangat tidak bijak. Dan sikap semacam ini jelas-jelas memunggungi ilmu pengetahuan.
Dalam tulisan ini saya hanya akan coba memaparkan tentang seleksi alam, Salah satu bab bahasan dalam buku itu. Seleksi alam yang terjadi pada telepon.
Pokok pikiran dari seleksi alam adalah bahwa semua mahluk hidup harus bisa beradaptasi dengan lingkungan dan perkembangan. Karena jika tidak beradaptasi akan punah. Hilang ditelan peradaban dan kemajuan teknologi.
Bicara manusia sebagai salah satu mahluk hidup tidak bisa dilepaskan dari produk budaya dan teknologinya. Karena itu satu paket. Tidak ada kebudayaan dan teknologi tanpa adanya manusia. Dan keberlangsungan keberadaan manusia pun ditunjang oleh budaya dan teknologi.
Teknologi komunikasi (baca: telepon) adalah hasil budaya manusia.
Waktu saya SMP, telepon umum di pinggir jalan adalah sebuah alat komunikasi canggih. Dengan memasukan koin, kita bisa menelpon ke saudara kita, ke teman kita bahkan ke pacar kita yang kini menjadi mantan. Itu pun kalau kita punya pacar. Tak hanya di pinggir jalan, telepon umum pun merambah ke tempat-tempat seperti toko dan warung. Mereka menyediakan telepon untuk dipakai bebas. Dengan catatan yang mau nelpon punya koin.
Lucunya kita bisa mendengar suara seseorang disebrang sana tanpa harus memasukan koin. Jadi, kita tekan nomer telpon yang akan kita telpon, kemudian suara:” Halo…halo...Halo….”akan terdengar tanpa dia bisa mendengar suara kita. Karena koin nya belum atau tidak kita masukkan.
Pernah juga kawan-kawan kita yang nakal yang sering nongkrong di telpon umum suka jail. Dia masukan lidi ke dalam lubang tempat masuk koin. Lidi dibiarkan saja tertanam disana. Kemudian datanglah seseorang yang menelpon. Setelah dia selesai dan meninggalkan telpon umum, dengan berlarian kawan-kawan kita mendatangi telpon umum itu. Mereka kemudian dengan perlahan-lahan mencabut lidi yang ditanam tadi. Dan, uang koin pun berdencingan keluar dari arah bawah.
Kemudian wartel-wartel pun bermunculan. Bak cendawan di musim hujan. Hampir di setiap sudut kota kita bisa menemukan dan memakainya. Seiring dengan perkembangan teknologi telepon genggam, wartel-wartel itupun rontok berguguran. Orang lebih memilih membeli telepon genggam.
Zaman itu yang merajai telpon genggam adalah brand Nokia. Dulu Nokia adalah HP yang paling keren. Dengan fitur-fitur canggih yang ditanam. Mungkin kita masih ingat berapa puluh menit atau bahkan berapa jam kita menelpon pacar kita yang kini jadi mantan. Atau mungkin sesekali kita juga ingat pernah menelpon seorang kawan kita, dan setelah diangkat olehnya di ujung sana, kita cuma kentut lewat speaker, kemudian hp kita matikan lagi. Ya, Cuma untuk memperdengarkan bunyi kentut kita ke kawan di ujung sana.